Showing posts with label Orang Tua dan Guru. Show all posts
Showing posts with label Orang Tua dan Guru. Show all posts

Aturan Penerimaan Peserta Asuh Gres (Ppdb) Untuk Sd

9:14:00 AM
Prioritas pertama anak usia 7 tahun, lalu 6 tahun, dan terakhir 5,5 tahun. Calon siswa yang diterima harus erat sekolah.
Secara umum Penerimaan penerima ajar gres (PPDB) 2018 untuk jenjang sekolah dasar (SD) ialah anak berusia 7 tahun atau paling rendah 6 tahun per 1 Juli dalam tahun berjalan.

Mengenai sekolah yang menolak anak di bawah 7 tahun, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meminta harus diberikan alasan yang jelas. Prioritas pertama memang anak usia 7 tahun, lalu 6 tahun, dan terakhir 5,5 tahun.

PPDB 2018 memperlihatkan kesempatan kepada anak usia 5 tahun 6 bulan untuk masuk SD baik negeri maupun swasta. Dengan catatan, calon siswa usianya 5,5 tahun per 1 Juli dalam tahun berjalan.

"Anak usia 5,5 tahun bisa masuk SD kalau ia mempunyai talenta atau kecerdasan istimewa serta kemampuan psikis yang direkomendasikan oleh psikolog profesional," kata Mendikbud yang kutip dari JPNN (26/06/18).

Baca: Syarat Seleksi Penerimaan Siswa Baru Kelas 1 SD

Calon siswa yang diterima harus erat sekolah. Paling tidak jarak 3 kilometer antara sekolah dan rumah. Namun, bagi yang letak geografisnya kepulauan atau perbukitan bisa lebih dari itu. Ini jadi kewenangan kepala kawasan yang lebih tahu kondisi wilayahnya.

"Sebenarnya kawasan sudah tahu berapa Taman Kanak-kanak dan SD yang ada dalam zonasi. Misalnya dalam satu zonasi ada SD negeri dan swasta, otomatis semua lulusan TK-nya bisa tertampung. Kaprikornus enggak ada yang ditolak," terang Mendikbud.

10 Taktik Jitu Menyiapkan Anak Menghadapi Ujian

8:06:00 PM
 Strategi Jitu Menyiapkan Anak Menghadapi Ujian 10 Strategi Jitu Menyiapkan Anak Menghadapi Ujian
Sebagai orangtua, Anda bisa membantu anak mempersiapkan ujian anak.
Ujian sekolah untuk tingkat SD dan sederajat akan dilaksanakan pada bulan Mei mendatang. Biasanya segala ketegangan dihadapi bawah umur yang menjalani ujian. Mereka mengalami stres pra-ujian, hal itu bisa terbaca dari sikap mereka. Misalnya, gampang marah, gampang sedih, gelisah, dan enggan menjalankan acara yang biasanya mereka sukai.

Ada beberapa srategi yang sanggup dilakukan orang orangtua dalam mendampingi anak melewati masa-masa ujiannya. Ayah Ibu bisa mempraktikkan taktik ini dikala anak menjalani masa ujian, baik ketika ulangan, ujian tengah semester, dan selesai semester. Sebagai orangtua, Anda bisa membantu anak mempersiapkan ujian anak dengan cara-cara berikut ini:

1. Bangun kepercayaan diri mereka.
Ajari anak untuk lebih berani dengan membuktikan Anda percaya mereka bisa melampaui ujian, bahkan dikala mereka merasa gugup. Menyebarkan perasaan positif, akan sangat mendukung mereka meraih sukses.

2. Mendampingi secara emosional.
Saat menjalani masa sulit menyerupai ujian, bawah umur membutuhkan kehadiran dan perhatian lebih dari orang tuanya. Mereka perlu dimengerti, maka jangan sepelekan saat-saat bisa bersama mereka. Hal itu akan menciptakan mereka merasa kondusif dan percaya diri. Bersikaplah terbuka akan apapun yang ingin disampaikan anak-anak.

3. Ajari dan beri teladan bagaimana berpikir positif.
Mengajarkan kata-kata penegasan penting buat anak-anak. Misalnya mengganti kata-kata “Saya tidak bisa” dengan membiasakan anak mengatakan, “Saya akan mencobanya.”

4. Bantu anak untuk punya persiapan yang rinci.
Berkordinasi dengan sekolah wacana dimana bawah umur akan menjalankan ujiannya. Apa saja yang akan diujikan, bagaimana ujian akan berlangsung. Lebih baik lagi kalau Anda dan anak sudah mengunjungi daerah ujian akan dilaksakan.

5. Belajar bersama-sama.
Dipastikan bahwa orangtua sanggup bersama anak membuka buku membahas mata pelajaran yang akan dihadapi dikala ujian. Tanyakan pokok bahasan apa saja yang akan diujikan. Setelah bahan pokok ujian dibaca dan dipelajari bersama orangtua sekira satu jam, berikanlah kesempatan anak untuk berguru sendiri.

6. Hargai perjuangan anak dan tidak membebaninya.
Hindari memberi sasaran terlalu tinggi di luar kemampuan anak. Pasalnya, setiap anak mempunyai tingkat kemampuan yang beragam. Ajari anak Anda semoga ujian bukan atas dasar berkompetisi dengan orang lain, melainkan dengan diri sendiri untuk mencapai hasil yang terbaik.

7. Berdiskusi wacana pemecahan masalah.
Ajak anak untuk mendiskusikan tak hanya wacana bahan yang akan diujikan tapi juga bagaiman taktik menghadapi ujian. Seperti contohnya mengerjakan hal-hal yang gampang dulu.

8. Mendiskusikan perasaaan.
Dorong anak untuk bicara wacana apa yang mereka rasakan. Dengarkan dengan empati, sehingga mereka mengerti bahwa mereka dipahami dan bahwa perasaan tegang mereka yakni sesuatu yang normal.

9. Memberi santunan dengan setulus hati.
Sampaikan bahwa Anda sebagai orangtua mendukung dan siap untuk berada di samping anak dikala keadaan mudah, ataupun sulit dikala mengadapi ujian sekolah. Besarkan hatinya semoga anak sanggup menjalani ujian dengan hening dan nyaman.

10. Beri kesempatan anak beristirahat
Cara berguru yang baik yakni dengan berguru secara rutin, sehingga anak tak perlu memforsir diri dikala malam sebelum tes tiba. Beri kesempatan anak untuk beristirahat dikala mereka mulai kesulitan berkonsentrasi, entah dengan mendengarkan musik, menonton video pendek lucu, atau hal-hal lain yang bisa menyegarkan kepalanya.

Pendidikan Abjad Harus Melibatkan Keluarga

7:06:00 AM
Pendidikan Karakter Harus Melibatkan Keluarga Pendidikan Karakter Harus Melibatkan Keluarga
Penguatan pendidikan abjad harus dilaksanakan serentak oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Masyarakat diminta jangan membebankan pendidikan abjad hanya ke sekolah, namun juga keluarga, dan masyarakat. Hal ini dikatakan Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Daryanto. Menurutnya, penguatan pendidikan abjad harus dilaksanakan serentak oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat.

"Penguatan pendidikan abjad jangan hanya dibebankan pada sekolah saja, harus bergerak serentak, gotong royong dan berimbang dari tri pusat pendidikan, ialah keluarga, sekolah, dan masyarakat," kata Daryanto yang kutip dari Republika (20/02/18).

Dengan demikian, tanggung jawab pendidikan bukan dibebankan kepada sekolah semata, tetapi juga pergerakan awal yang dimulai dari lingkungan keluarga. Dia menyampaikan interaksi kasih sayang murid dengan orang tua, sanak saudara, dan kakek nenek itu juga menentukan. Setelah itu, gres kondisi lingkungan masyarakat pun harus menunjang.

Daryanto menyebut perihal prinsip saling asah, asih, dan ajar dalam dunia pendidikan yang harus sanggup terealisasi dengan baik. Karena mendidik itu harus penuh kasih sayang, menyebarkan pikiran kritis hingga mendorong siswanya untuk berprestasi. Baca: Peran Guru dalam Penguatan Pendidikan Karakter

Tak Ada Pr Di Finlandia Mitos Yang Telanjur Populer

3:20:00 PM
Di Finlandia para guru memperlihatkan PR yang tidak berat.
Selama ini masyarakat Indonesia cukup banyak membaca dan melihat gosip mengenai nyamannya bersekolah di Finlandia. Begitu banyak ulasan di Facebook atau Youtube mengenai Finlandia. Beberapa dari kita mungkin juga penasaran, apakah benar di sana murid-murid tidak diberi PR?

Tak heran, banyak yang ingin tau perihal pendidikan di negara kecil dengan jumlah total penduduk tak lebih dari 6 juta orang tersebut. Siswa-siswa Finlandia selalu memperoleh peringkat atas pada tes PISA atau Programme for International Student Assessment.

Timothy D. Walker, dalam buku terbarunya Teach Like Finland atau Mengajar ibarat Finlandia menyampaikan itu yaitu mitos yang telanjur populer. Menurut Tim, itu tidak benar, para siswa tetap mendapat PR, namun diberikan dengan sangat memperhitungkan tingkat kesulitannya.

Seperti yang lansir dari Kompas (26/01/18), para guru memperlihatkan PR yang tidak berat, bahkan rata-rata sanggup dikerjakan dalam waktu 30 menit saja. Intinya, mereka ingin para siswa benar-benar mendapat istirahat yang cukup sepulang sekolah, dan sanggup melanjutkan kegiatan yang lain.

Sekolah dan masyarakat Finlandia bekerja sama untuk mengupayakan siswa-siswa yang mandiri. Percayalah, Anda akan terkaget-kaget melihat siswa SD yang pergi-pulang sekolah sendirian, naik bus atau kereta. Dari semangat sanggup bangun diatas kaki sendiri itulah para siswa terbiasa untuk berpikir dengan cermat, bahkan menembus batasannya.

Tim menggarisbawahi bahwa esensi pendidikan yang sewajarnya berjalan seiring dengan prinsip universal hidup bagi masing-masing orang. Kebahagiaan diberi daerah yang utama dalam kurikulum di Finlandia. Sistem pendidikan yang membahagiakan menjadi fokusnya. Anak yang besar hati mempelajari banyak hal dengan enteng.

Orang Indonesia tentu sering mendengar banyak orang renta atau guru yang "memaksa" anak untuk bisa menguasai banyak hal di luar kemampuannya. Anak-anak pun bekerja dengan tanpa henti, berguru dengan tergesa-gesa. Akibatnya pendidikan berjalan dengan terpaksa alasannya yaitu lebih ibarat sebuah siksaan. Pendidikan menjadi tidak menyenangkan.

12 Cara Menciptakan Siswa Menjadi Aktif Dan Kreatif

6:27:00 AM
 Cara Membuat Siswa Menjadi Aktif dan Kreatif 12 Cara Membuat Siswa Menjadi Aktif dan Kreatif
Guru mempunyai tugas penting dalam mengenalkan dan membuatkan pemikiran kreatif pada siswa.
Kreativitas bisa dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja. Dengan kreativitas semua bidang kehidupan akan semakin maju alasannya penemuan lahir dari kreativitas. Dengan membuat siswa di kelas menjadi siswa yang kreatif akan membuat siswa mengenali sendiri potensi dan kemampuannya, sehingga guru sanggup mengasah potensi tersebut.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan faktor penting, aktivitas aktif ini tidaklah hanya berupa keterlibatan secara fisik belaka, tetapi hal yang lebih utama yaitu keterlibatan intelektual-emosional. Guru mempunyai tugas penting dalam mengenalkan dan membuatkan pemikiran kreatif pada siswa.

Untuk membuatkan kreativitas siswa sanggup dilakukan dengan cara-cara yang sederhana. Berikut yang bisa dilakukan guru untuk membuat siswa di kelas menjadi lebih aktif dan kreatif menyerupai yang ditulis Agus Sampurno, seorang fasilitator pendidikan yang lansir dari gurukreatif.wordpress.com (22/01/18).

1. Minta siswa mengajarkan siswa lainnya sebagai bab dari taktik belajar.

2. Latih siswa untuk beropini dengan terperinci dan lancar, sebagai cara membuat siswa percaya diri di depan teman.

3. Biasakan siswa untuk bisa berpartisipasi dalam kelompok.

4. Buat aktivitas di kelas semoga siswa bisa berpikir berdikari sekaligus menjadi pemecah masalah.

5. Siapkan penugasan bagi siswa yang di ujung penugasannya siswa diminta mengekspresikan diri secara kreatif bisa dengan drama, komik atau hal lain yang menuntut siswa kreatif.

6. Sering-seringlah meminta siswa bekerja sama dalam kelompok semoga mereka terbiasa bekerja sama dengan orang lain.

7. Sering-sering memberi penugasan yang kreatif contohnya daripada sekedar meminta siswa merangkum isi buku, lebih baik meminta siswa mendesain ulang covernya.

8. Mengikut sertakan ‘suara’ siswa dalam perencanaan pengajaran. Dengan demikian siswa biasa mengungkapkan pikiran dan berani mengungkapkan pendapat.

9. Saat membahas sesuatu di kelas, sering-seringlah bertanya, “apa yang terlintas di pikiranmu dikala mendengar kata……”

10. Berikan pekerjaan rumah yang berkualitas pada siswa, bukan yang sekedar membuat siswa pusing. Misalnya daripada meminta siswa mengerjakan soal pilihan ganda, lebih baik meminta siswa melaksanakan wawancara, memotret gambar lewat HP lalu menawarkan komentar dan banyak aktivitas lainnya yang membuat siswa tertantang.

11. Memperbanyak diskusi dan interaksi antar siswa di kelas, mengurangi ceramah dan komunikasi satu arah di kelas, hanya dari guru pada siswa.

12. Menciptakan budaya menjelaskan di kelas, bukan sekedar menjawab yang betul. Artinya jikalau ada siswa yang menjawab betul minta ia menjelaskan alasannya dengan demikian siswa yang lain bisa terbantu dalam berusaha untuk mengerti.

Baca: Guru Harus Beri Kesempatan Siswa Kaprikornus Problem Solver

Intinya, untuk membuatkan kreativitas siswa bisa dilakukan dengan mengondisikan atau membangun suasana yang memicu kemampuan berpikir dan berkarya. Dasarnya yaitu menguasai pengetahuan, juga menerapkan ilmu dalam bentuk keterampilan. Dengan membuat sesuatu yang gres akan terus memancing imajinasi siswa. Selamat mencoba

Waspada, Bandar Narkoba Incar Anak Tk Dan Sd

7:43:00 PM
 terutama orangtua dan kalangan pendidik diminta meragukan peredaran narkoba Waspada, Bandar Narkoba Incar Anak Taman Kanak-kanak dan SD
Bandar narkoba hari ini menyasar bawah umur Taman Kanak-kanak dan SD.
Semua pihak, terutama orangtua dan kalangan pendidik diminta meragukan peredaran narkoba. Terlebih, ketika ini bawah umur usia sekolah menjadi sasaran para pengedar. Hal ini dikatakan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa melalui keterangan tertulisnya.

"Bandar narkoba hari ini menyasar bawah umur Taman Kanak-kanak dan SD. Dari umur 5 tahun mereka ditawari permen rasa susu. Ternyata itu narkoba. Dan bawah umur ini karenanya kecanduan," kata Khofifah yang kutip dari Liputan6.com (03/01/17).

Seperti yang banyak diberitakan, baru-baru ini publik dikejutkan dengan informasi perihal bawah umur yang mabuk, berhalusinasi, bahkan tewas sebab tidak sengaja mengonsumsi pil Paracetamol, Caffeine, dan Corisoprodol atau PCC.

"Ini sungguh memprihatinkan. Karena mereka ialah anak bangsa, masa depan negara ada di tangan mereka. Maka ini menjadi PR kita bersama bagaimana mencegah bawah umur dari paparan narkoba," kata Khofifah.

Upaya preventif untuk memerangi narkoba dimulai dari keluarga sebagai lingkungan terkecil dan terdekat. Upaya yang dilakukan diantaranya memberi pemahaman ancaman narkoba, peka terhadap lingkungan dan perubahan sikap anak atau lingkungan sekitar.

"Kekuatan bangsa ini salah satunya bersumber dari ketahanan keluarga. Kedekatan dan ikatan emosional yang besar lengan berkuasa dalam keluarga bisa membentengi bawah umur dari narkoba," jelasnya.

Selain keluarga, sekolah sebagai lingkungan kedua anak-anak, juga harus waspada. Kepala sekolah dan guru juga harus waspada, mengontrol anak didiknya, dan membangun kedekatan dengan bawah umur tidak hanya sebatas kekerabatan guru dan murid.

"Memerangi narkoba bukan hanya kiprah pemerintah. Tapi perlu kerja bersama orangtua, guru, RT, RW, tetangga. Semuanya saling terkait. Semua harus waspada dan saling mengingatkan," tambah Khofifah.