Showing posts with label Parenting. Show all posts
Showing posts with label Parenting. Show all posts

8 Dari 10 Siswa Menjadi Korban Bullying Di Sekolah

6:04:00 PM
 Siswa Menjadi Korban Bullying di Sekolah 8 dari 10 Siswa Menjadi Korban Bullying di Sekolah
Untuk menghapus bullying di sekolah, tidak hanya ditujukan kepada belum dewasa saja tetapi juga para orang dewasa.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan delapan dari sepuluh anak pernah menjadi korban bullying atau perundungan di sekolah. Untuk itu pada Hari Anak Nasional (HAN) 2018 ini, KPAI menggalakkan kampanye Stop Bullying.

Menurut Komisioner KPAI Retno Listyarti sepanjang 2018 hingga 30 Mei, ada 161 kasus kekerasan anak di lingkungan pendidikan. Dari jumlah tersebut ada 22,4 persen kasus anak menjadi korban bullying. Kemudian ada 25,5 persen anak menjadi pelaku bullying.

Dalam data Ikhtisar Penghapusan Kekerasan Pada Anak 2016-2020 dijelaskan bahwa 84 persen atau delapan dari sepuluh siswa pernah mengalami perundungan. Kemudian 45 persen siswa pria menyebutkan guru atau petugas sekolah yakni pelaku kekerasan.

Ada kiprah orang remaja dalam munculnya bullying di sekolah. Anak-anak di sekolah banyak yang menirukan sikap kekerasan atau bullying yang dilakukan oleh orang dewasa. Mereka mencontoh dari acara di media sosial, tayangan televisi, dan sejenisnya.

Baca: Jangan Mendisiplinkan Siswa dengan Kekerasan

"Sekarang banyak belum dewasa usia SD sudah aktif di media sosial," kata Retno yang kutip dari JPNN (25/07/2018).

Untuk menghapus bullying di sekolah, tidak hanya ditujukan kepada belum dewasa saja. Tetapi para orang remaja juga harus memperlihatkan teladan dengan tidak lagi mempertontonkan agresi kekerasan kepada anak-anak. Pasalnya 70 persen sikap anak itu yakni hasil mencontoh.

Mengapa Anak Masuk Sd Harus Usia 7 Tahun?

7:14:00 PM
 kognitif dan emosi untuk masuk SD  Mengapa Anak Masuk SD Harus Usia 7 Tahun?
Pada usia 7 tahun, anak dianggap sudah siap secara fisik, psikis, kognitif dan emosi untuk masuk SD (SD).
Memasuki tahun aliran gres orang bau tanah mulai mendaftrakan anaknya ke sekolah. Secara umum, anak-anak yang masuk ke sekolah dasar (SD) berusia 7 tahun. Namun menyerupai diketahui, tidak sedikit juga orang bau tanah menyekolahkan anaknya di bawah usia tersebut.

Menurut Psikolog anak, Ratih Zulhaqqi, M.Psi, bahwasannya pada usia 7 tahun, anak dianggap sudah siap secara fisik maupun psikis. Gerakan motorik, anak sudah lebih bagus, otot dan sarafnya juga sudah terbentuk. Salah satu contohnya menyerupai memegang pensil.

Selain itu, dikutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), menuliskan mengapa anak usia 7 tahun harus masuk SD:

1. Aspek Fisik
Pada usia 7 tahun secara fisik anak sudah bisa membisu di kelas dan memegang pensil secara mandiri. Di mana, gerakan motorik anak sudah bagus, otot dan sarafnya sudah terbentuk. Berbeda dengan usia satu tahun di bawahnya. Anak usia 6 tahun terkadang masih selalu ingin bermain.

2. Aspek Kognitif
Saat masuk ke SD anak diperlukan bisa membaca, menulis, berhitung sederhana. Selain itu anak juga diperlukan bisa mengikuti instruksi, paham dan bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan.

3. Aspek Psikologis
Dalam dunia perkembangan, anak mulai bisa berkonsentrasi dengan baik pada usia di atas 6 tahun. Semakin bertambah usianya kemampuan konsentrasi meningkat, semakin bisa memilah bahan mana yang harus diperhatikan dan harus diabaikan.

Anak yang terlalu dini masuk SD umumnya masih bermasalah khususnya di kelas satu, alasannya ialah ia belum siap untuk berguru berkonsentrasi. Dia masih berbagi keterampilan geraknya.

4. Aspek Emosi
Umumnya anak yang terlalu dini masuk SD memang cukup matang secara akademik. Namun biasanya kematangan emosi dan kemandirian belum maksimal. Padahal dijenjang SD anak tidak lagi akan menerima perhatian menyerupai di TK. Anak diperlukan lebih sanggup bangun diatas kaki sendiri dan juga tidak lagi terlalu tergantung pada orangtuanya.

Baca: Syarat Seleksi Penerimaan Siswa Baru Kelas 1 SD

Sehingga duduk kasus yang terlihat ialah anak bisa mengikuti pelajaran di sekolah, tapi disisi lain contohnya anak masih minta ditunggui dan gampang mengalah terhadap kiprah yang diberikan atau tidak mau mengerjakan PR alasannya ialah masih kebih suka bermain dan sebagainya.

Melihat aneka macam aspek tersebut, sebaiknya orang bau tanah jangan terlalu dini menyekolahkan anak tetapi melihat kondisi anak.

10 Taktik Jitu Menyiapkan Anak Menghadapi Ujian

8:06:00 PM
 Strategi Jitu Menyiapkan Anak Menghadapi Ujian 10 Strategi Jitu Menyiapkan Anak Menghadapi Ujian
Sebagai orangtua, Anda bisa membantu anak mempersiapkan ujian anak.
Ujian sekolah untuk tingkat SD dan sederajat akan dilaksanakan pada bulan Mei mendatang. Biasanya segala ketegangan dihadapi bawah umur yang menjalani ujian. Mereka mengalami stres pra-ujian, hal itu bisa terbaca dari sikap mereka. Misalnya, gampang marah, gampang sedih, gelisah, dan enggan menjalankan acara yang biasanya mereka sukai.

Ada beberapa srategi yang sanggup dilakukan orang orangtua dalam mendampingi anak melewati masa-masa ujiannya. Ayah Ibu bisa mempraktikkan taktik ini dikala anak menjalani masa ujian, baik ketika ulangan, ujian tengah semester, dan selesai semester. Sebagai orangtua, Anda bisa membantu anak mempersiapkan ujian anak dengan cara-cara berikut ini:

1. Bangun kepercayaan diri mereka.
Ajari anak untuk lebih berani dengan membuktikan Anda percaya mereka bisa melampaui ujian, bahkan dikala mereka merasa gugup. Menyebarkan perasaan positif, akan sangat mendukung mereka meraih sukses.

2. Mendampingi secara emosional.
Saat menjalani masa sulit menyerupai ujian, bawah umur membutuhkan kehadiran dan perhatian lebih dari orang tuanya. Mereka perlu dimengerti, maka jangan sepelekan saat-saat bisa bersama mereka. Hal itu akan menciptakan mereka merasa kondusif dan percaya diri. Bersikaplah terbuka akan apapun yang ingin disampaikan anak-anak.

3. Ajari dan beri teladan bagaimana berpikir positif.
Mengajarkan kata-kata penegasan penting buat anak-anak. Misalnya mengganti kata-kata “Saya tidak bisa” dengan membiasakan anak mengatakan, “Saya akan mencobanya.”

4. Bantu anak untuk punya persiapan yang rinci.
Berkordinasi dengan sekolah wacana dimana bawah umur akan menjalankan ujiannya. Apa saja yang akan diujikan, bagaimana ujian akan berlangsung. Lebih baik lagi kalau Anda dan anak sudah mengunjungi daerah ujian akan dilaksakan.

5. Belajar bersama-sama.
Dipastikan bahwa orangtua sanggup bersama anak membuka buku membahas mata pelajaran yang akan dihadapi dikala ujian. Tanyakan pokok bahasan apa saja yang akan diujikan. Setelah bahan pokok ujian dibaca dan dipelajari bersama orangtua sekira satu jam, berikanlah kesempatan anak untuk berguru sendiri.

6. Hargai perjuangan anak dan tidak membebaninya.
Hindari memberi sasaran terlalu tinggi di luar kemampuan anak. Pasalnya, setiap anak mempunyai tingkat kemampuan yang beragam. Ajari anak Anda semoga ujian bukan atas dasar berkompetisi dengan orang lain, melainkan dengan diri sendiri untuk mencapai hasil yang terbaik.

7. Berdiskusi wacana pemecahan masalah.
Ajak anak untuk mendiskusikan tak hanya wacana bahan yang akan diujikan tapi juga bagaiman taktik menghadapi ujian. Seperti contohnya mengerjakan hal-hal yang gampang dulu.

8. Mendiskusikan perasaaan.
Dorong anak untuk bicara wacana apa yang mereka rasakan. Dengarkan dengan empati, sehingga mereka mengerti bahwa mereka dipahami dan bahwa perasaan tegang mereka yakni sesuatu yang normal.

9. Memberi santunan dengan setulus hati.
Sampaikan bahwa Anda sebagai orangtua mendukung dan siap untuk berada di samping anak dikala keadaan mudah, ataupun sulit dikala mengadapi ujian sekolah. Besarkan hatinya semoga anak sanggup menjalani ujian dengan hening dan nyaman.

10. Beri kesempatan anak beristirahat
Cara berguru yang baik yakni dengan berguru secara rutin, sehingga anak tak perlu memforsir diri dikala malam sebelum tes tiba. Beri kesempatan anak untuk beristirahat dikala mereka mulai kesulitan berkonsentrasi, entah dengan mendengarkan musik, menonton video pendek lucu, atau hal-hal lain yang bisa menyegarkan kepalanya.

Faktor Penyebab Nilai Anak Di Sekolah Turun

7:29:00 AM
Faktor yang Menyebabkan Nilai Anak di Sekolah Turun Faktor Penyebab Nilai Anak di Sekolah Turun
Banyak faktor penyebab nilai anak turun, yakni faktor dari dalam atau luar sekolah.
Setiap orang tua niscaya menginginkan anaknya berprestasi di sekolah. Segala upaya dilakukan untuk mendukung dan membantu anak semoga ia sanggup mencar ilmu dengan baik. Namun, tak sedikit pula sehabis mendapatkan rapor, orang bau tanah menemukan nilai dan prestasi anak di sekolah menurun. Mengapa nilai anak di sekolah turun?

Banyak faktor penyebab nilai anak turun, yakni faktor dari dalam atau luar sekolah. Dari dalam sekolah, menyerupai bahan pelajaran semakin sulit, adanya guru gres sehingga ia belum terbiasa dengan metode pengajarannya, atau mungkin juga adanya insiden atau insiden yang mengganggunya di sekolah.

Sedangkan faktor dari luar sekolah penyebab nilai anak turun. Misalnya, korelasi orang bau tanah yang sedang tidak harmonis, atau adanya kondisi ekonomi keluarga yang sedang menurun yang tanpa sengaja diketahui anak. Mengenai kondisi di dalam keluarga, tentu Anda sendiri sebagai orang bau tanah yang mengetahuinya.

Orang bau tanah perlu mencari tahu apa faktor penyebabnya. Jika anak menolak untuk bercerita, mintalah tolong pada figur lain yang lebih erat dengan anak. Bisa juga, Anda komunikasikan hal ini ke guru sekolah. Mungkin saja, mereka menyadari hal yang sama dan mengetahui penyebabnya.

Baca: Nilai Jelek di Sekolah Bukan Berarti Anak Bodoh

Orang bau tanah yang terlibat ialah salah satu kunci keberhasilan anak. Orang bau tanah harus konsisten dengan janji untuk mendukung anak mencar ilmu di rumah. Nilai di kelas merupakan cerminan dari keterampilan mencar ilmu yang baik. Jika nilainya masih belum memuaskan, kiprah Anda membantunya menemukan ruang berkembang dalam memperbaiki keterampilan belajarnya.

Upgreding Meningkatkan Kualitas Ibu Sebagai Guru

6:44:00 AM
Upgreding Meningkatkan Kualitas Ibu Sebagai Guru Upgreding Meningkatkan Kualitas Ibu Sebagai Guru
Ibu juga harus terus berguru sepanjang hidupnya sebagai upaya menjaga kualitas seorang ibu.
Tanggal 22 Desember sempurna Indonesia memperingati hari ibu. Hari istimewa untuk orang yang istimewa yaitu IBU. Ibu yaitu master segala ilmu, ibu dengan segala keistimewaan dan fitroh kelebihannya bisa menunaikan kiprah dalam satu waktu dengan baik yaitu sebagai manajer keluarga, sebagai guru anak, psikolog handal yang tahu kapan anak sedih dan gembira, akuntan hebat, sobat baik, chef merangkap jago gizi, desain interior, pertamanan sekaligus pegawai kebersihan dan masih banyak lagi (Dosenpsikologi, 2017). Ibu juga harus terus berguru sepanjang hidupnya sebagai upaya menjaga kualitas seorang ibu.

Dalam menyambut hari ibu yang sempurna diperingati dikala liburan sekolah, para ibu yang bertugas sebagai guru SD Muhammadiyah 9 Malang tetap mengisi liburannya dengan upgreding yaitu upaya peningkatan mutu guru. Kegiatan upgreding dilaknakan selama lima hari dengan aneka macam rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan mengaji bersama (KMB), kultum, pembagian kiprah akreditasi, penyelesaian perangkat untuk semester dua dan diskusi kegiatan kerja untuk pembelajaran tahun fatwa 2018-2019. Semua rangkaian kegiatan upgreding tersebut upaya meningkatkan mutu guru sekaligus mutu para ibu lantaran sebagian besar guru di SD Muhammadiyah 9 Malang yaitu wanita yang merangkap kiprah sebagai ibu dan calon ibu.

Hasil pengamatan dari kegiatan upgreding SD Muhammadiyah 9 Malang, Ibu yaitu orang hebat, sangat terlihat sekali beberapa guru yang berperan sebagai ibu harus rela membawa anaknya kesekolah untuk bersama mengikuti kegiatan upgreding. Karena anak di massa liburan menuntut para ibu bisa menghabiskan waktu bersama dengan mereka, disisi lain ibu juga tetap harus mengemban kiprah sebagai guru untuk mengikuti serangkaian kegiatan sekolah sebagai bab dari sekolah. Mereka para ibu harus membagi konsentrasi antara pelaksanaan upgreding dengan derma perhatian untuk anak dan hal itu butuh energi besar, hal itu perlu menejerial yang ampuh sehingga semua bisa dilaksanakan secara bersama dengan hasil yang baik. Tapi jangan khawatir wahai para ibu komitmen ilahi itu niscaya semua kebaikan niscaya palasannya kebaikan.

Seorang ibu yang merangkap kiprah sebagai seorang guru merupakan kiprah yang sangat mulia dan wadah berguru yang sangat baik lantaran kiprah itu saling berkaitan. ibu sebagai guru utama dan yang pertama pagi anak, oleh alasannya itu apabila ibu merangkap kiprah menjadi guru paling tidak mereka akan bisa mengajarkan yang terbaik untuk anaknya sendiri, sebaliknya ketika ibu mendapat ilmu selama mendidik anak dirumah maka itu juga bermanfaat untuk mengajarkan pada akseptor didik di sekolah dengan baik. Karena kita sebagai ibu dan guru akan sangat banyak mendapat pengalaman mengajar dan materi berguru terutama dari perkembangan anak dan akseptor didik. Guru akan bisa menciptakan media berguru untuk anak dengan motorik tinggi ketika guru menangani akseptor didik dengan motorik tinggi. Ibu akan tahu cara membangun fokus anaknya di rumah lantaran ibu pernah menagani dan mendampingi anak ketika makan akan lebih usang dikala dilakukan dengan nonton tv. Pengalaman-pengamalan konkret yang pernah ibu dan guru alami yaitu guru dasyat untuk menjadi ibu guru yang hebat dunia akherat.

Tetaplah menjadi IBU dan GURU yang hebat, teruslah berkarya di rumah dan di sekolah, teruslah berguru untuk yang terbaik, Jaga kesehatan biar kehidupan keluarga dan pendidikan berjalan baik, teruslah bersyukur lantaran kedudukanmu yang terbaik. Semangat wahai para IBU GURU.

*) Ditulis oleh Louis Ifka Arishinta, M.Pd. Guru SD Muhammadiyah 9 Malang

Biarkan Anak Berkembang Sesuai Talenta Dan Minatnya

12:08:00 AM
Biarkan Anak Berkembang Sesuai Bakat dan Minatnya Biarkan Anak Berkembang Sesuai Bakat dan Minatnya
Setiap anak yang lahir telah dikaruniai talenta dan minat.
Para guru dan orang renta diminta membiarkan anak-anaknya berkembang sesuai dengan talenta dan minatnya. Menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dengan memahami dan mengerti talenta minat anak, ke depan bawah umur ini bisa bersanding sejajar dengan bawah umur di dunia.

"Jika mereka tidak suka matematika tetapi suka olahraga dan musik biarkan saja, jangan dipaksakan. Sebab, perilaku ini akan mempengaruhi tumbuh kembangnya ke depan dengan impian bisa menorehkan prestasi," kata Risma yang kutip dari Republika (14/08/17).

Dalam program peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang digelar di Halaman Taman Surya. Risma mengajak seluruh anak yang hadir untuk naik ke panggung bernyanyi lagu Surabaya oh Surabaya dan lagu nasional Indonesia Tanah Pusaka yang diiringi alat musik keyboard.

Usai menyanyi, Risma berbincang dengan salah satu pemain musik berjulukan Ibar yang merupakan siswa difabel. Ketika berbincang, Risma menunjukkan kepadanya untuk mau tampil pada salah satu program internasional di Surabaya. Risma memberi pesan kepada para orang renta dan guru bahwa setiap anak yang lahir telah dikaruniai talenta dan minat tersendiri oleh Tuhan.

"Jadi jangan sekali-kali menyampaikan anak itu ndeso atau tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya butuh pengertian dan pemberian dari kita supaya ke depan mereka mengerti arah dan tujuan kehidupannya," kata Risma.