Showing posts with label Pendidikan Karakter. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan Karakter. Show all posts

Memahami Karakteristik Penerima Asuh Melalui Pendekatan Teman Sebaya

3:34:00 PM
Memahami karakteristik penerima didik melalui pendekatan sahabat sebaya
Pendidikan pada hakekatnya ialah memanusiakan manusia. Untuk mencapai impian ini, kehadiran Guru menjadi referensi impian para orang renta anak tersebut. Berbagai upaya memanusiakan insan telah dilakukan oleh guru di sekolah. Jika seorang Peserta didik sukses dalam studinya maka semua keluarga bahkan lingkungan akan membanggakan nama anak tersebut dan seluruh keluarga berbesar hati. Ini merupakan karakteristik insan pada umumnya. Akan tetapi kalau Peserta Didik tersebut gagal dalam sebuah forum Pendidikan maka orang pertama yang dicoreng namanya ialah Guru yang membimbing dan mengajar Peserta Didik tersebut. Hal semacam ini yang masih terbawa sepanjang ini di banyak sekali tempat di potongan Indonesia tercinta ini.

Memperhatikan budaya kekeliruan yang sulit diperbaiki ini maka sebagai Guru harusnya membangun banyak sekali konsep strategis guna memperkecil banyak sekali prasangka jelek yang ungkapkan oleh banyak sekali kalangan masyarakat selama ini. Salah satu konsep yaitu pendekatan sahabat sebaya. Teknik pendekatan ini diawali dengan langkah-langkah berikut:

a. Guru meminta Peserta Didik dengan mengajukan satu pertanyaan sederhana sebagai berikut:-
- Siapa saja sahabat berbain Anda setiap hari ? Kelas Rendah [Belum lancar membaca dan menulis]
- Tulislah teman-teman bersahabat Anda minimal nama 3[tiga] sahabat ! Kelas atas [yang lancar membaca dan menulis]

b. Menanyakan kesukaan Peserta Didik dari sahabat sebaya Peserta Didik tersebut dari daftar nama yang diterima

c. Mencatat semua gosip dari semua sahabat yang disebutkan/dituliskan dalam daftar secara lengkap.

d. Membaca dan menganalisa serta mengkaji pendapat yang dikumpulkan

e. Guru menciptakan final sementara abjad Peserta Didik bersangkutan

f. Mulai menyusun taktik gres guna menghipnotis serta memasukan konsep gres yang sanggup mengubah konsep dasar Peserta Didik sesuai impian Guru.

g. Menemukan karakteristik gres Peserta Didik menurut hasil karja guru.

Baca: Strategi untuk Mengenal Karakter Peserta Didik

Inilah beberapa langkah yang sanggup membantu Guru dalam menghadapi Karakter Peserta Didik yang sulit diatur. Selamat mencoba supaya bermanfaat demi memperkecil prasangka jelek dari banyak sekali pihak.

Maju Terus Pantang Mundur, Guru mengmang Pahlawan Tanpa Jasa namun Karya Guru merupakan gesekan Kecil yang tetap membekas di hati Peserta Didik hingga diujung penghabisan Riwayat Pendidikan ikut dibacakan di depan Khalayak.

*) Ditulis oleh Paulus Pobas,S.Pd
Guru Non PNS di SMAS Katolik 1 SoE-Kab.Timor Tengah Selatan-Nusa Tenggara Timur.

Pendidikan Abjad Harus Melibatkan Keluarga

7:06:00 AM
Pendidikan Karakter Harus Melibatkan Keluarga Pendidikan Karakter Harus Melibatkan Keluarga
Penguatan pendidikan abjad harus dilaksanakan serentak oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Masyarakat diminta jangan membebankan pendidikan abjad hanya ke sekolah, namun juga keluarga, dan masyarakat. Hal ini dikatakan Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Daryanto. Menurutnya, penguatan pendidikan abjad harus dilaksanakan serentak oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat.

"Penguatan pendidikan abjad jangan hanya dibebankan pada sekolah saja, harus bergerak serentak, gotong royong dan berimbang dari tri pusat pendidikan, ialah keluarga, sekolah, dan masyarakat," kata Daryanto yang kutip dari Republika (20/02/18).

Dengan demikian, tanggung jawab pendidikan bukan dibebankan kepada sekolah semata, tetapi juga pergerakan awal yang dimulai dari lingkungan keluarga. Dia menyampaikan interaksi kasih sayang murid dengan orang tua, sanak saudara, dan kakek nenek itu juga menentukan. Setelah itu, gres kondisi lingkungan masyarakat pun harus menunjang.

Daryanto menyebut perihal prinsip saling asah, asih, dan ajar dalam dunia pendidikan yang harus sanggup terealisasi dengan baik. Karena mendidik itu harus penuh kasih sayang, menyebarkan pikiran kritis hingga mendorong siswanya untuk berprestasi. Baca: Peran Guru dalam Penguatan Pendidikan Karakter

Bukan Zamannya Lagi Siswa Sd Dijejali Pengetahuan

6:59:00 AM
Bukan Zamannya Lagi Siswa SD Dijejali Pengetahuan Bukan Zamannya Lagi Siswa SD Dijejali Pengetahuan
Kalau di sekolah SD dan Sekolah Menengah Pertama itu masih padat dengan memperlihatkan pengetahuan kepada siswa, itu sudah tidak zamannya lagi
Sekolah-sekolah pada jenjang SD (SD) kini harus berubah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy menyampaikan harus ada reformasi dan restorasi pendidikan yang mengutamakan pendidikan karakter.

"Kalau di sekolah SD dan Sekolah Menengah Pertama itu masih padat dengan memperlihatkan pengetahuan kepada siswa, itu sudah tidak zamannya lagi," ujar Menteri Muhadjir yang kutip dari JPNN (03/01/18).

Guru menjadi salah satu kunci dalam membenahi pendidikan abjad itu. Mengajar bagi seorang guru merupakan bab kecil dari tugasnya. Namun, mendidik siswa mempunyai abjad besar lengan berkuasa itulah yang menjadi kiprah pertama dan utama seorang guru.

"Seperti anutan Ki Hadjar Dewantara bahwa seorang guru seharusnya berada di depan untuk memperlihatkan keteladanan, berada di tengah untuk memperlihatkan inspirasi, dan berada di belakang untuk memperlihatkan dorongan. Namun sampai ketika ini sebagian besar guru hanya memperlihatkan dorongan melalui transfer pengetahuan saja kepada siswa-siswanya," kata Muhadjir.

Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini menjelaskan, tanggung jawab utama mendidik belum dewasa mempunyai abjad yang besar lengan berkuasa itu tetap ada pada keluarga atau orang renta mereka. Sekolah hanya membantu mereka ketika berada di rumah keduanya.

Baca: Peran Guru dalam Penguatan Pendidikan Karakter

"Sudah keliru paradigma masyarakat kini ini. Kalau anaknya sudah masuk sekolah, orang renta tidak ikut campur mendidik, ini ialah suatu kesalahan besar. Keluarga harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak terutama pendidikan dasar," kata Muhadjir.

Kemendikbud telah berupaya mengeluarkan regulasi perihal pendidikan abjad tersebut, yakni Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2017 perihal Hari Sekolah dan Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2015 perihal Penumbuhan Budi Pekerti. Regulasi tersebut diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 perihal Penguatan Pendidikan Karakter.

Usbn Bertentangan Dengan Pendidikan Karakter

8:37:00 AM
USBN Dinilai Bertentangan dengan Pendidikan Karakter USBN Bertentangan dengan Pendidikan Karakter
USBN berlawanan dengan penguatan pendidikan aksara yang digaungkan Presiden Joko Widodo.
Rencana penerapan ujian sekolah berstandar nasional (USBN) di jenjang SD yang mengujikan delapan mata pelajaran (mapel) dinilai bertentangan dengan pendidikan karakter. Ikatan Guru Indonesia (IGI) meminta pemerintah membatalkan kebijakan ini.

Penambahan mapel di USBN yang mulai diterapkan tahun depan itu berlawanan dengan penguatan pendidikan aksara yang digaungkan Presiden Joko Widodo. Sebab pada praktiknya nanti, akan semakin menciptakan siswa dan guru berpacu mengejar nilai USBN setinggi-tingginya.

Akhirnya upaya penguatan pendidikan aksara di SD, yang menjadi pondasi pendidikan masa depan, bakal kian terabaikan. Menurut Ketua Umum IGI Muhammad Ramli Rahim, pembelajaran di SD sebaiknya berfokus pada penanaman dan penguatan pendidikan karakter.

Selain itu konsekuensi adanya 25 persen butir soal USBN dibentuk oleh Kemendikbud, bakal menjadi beban di banyak sekolah. Sebab tidak dapat dipungkiri kondisi SD di Indonesia sangat bermacam-macam kualitasnya.

"Masih banyak SD yang guru PNS-nya hanya dua orang. Bahkan ada yang satu orang, itupun merangkap sebagai kepala sekolah," kata Ramli yang kutip dari JPNN (30/12/17).

Ramli juga menjelaskan memperbanyak jumlah mapel dalam USBN di SD menjadi cermin bahwa pemerintah sentra tidak percaya kepada sekolah. Ia beropini sebaiknya urusan ujian selesai di SD dipasrahkan kepada guru di masing-masing sekolah.

Baca: Mulai 2018 USBN SD untuk Semua Mata Pelajaran

Pemerintah sejatinya tidak perlu menambah kasus baru. Khusus untuk pendidikan jenjang SD, pemerintah sentra harusnya berfokus pada pemenuhan layanan dasar menyerupai dicukupinya jumlah guru PNS di seluruh unit SD.

"Siapa guru yang akan mengajari siswa menghadapi USBN. Gurunya saja tidak ada," kata Ramli.

Peran Guru Dalam Penguatan Pendidikan Karakter

6:54:00 AM
Peran guru dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sangat penting alasannya ialah guru menjadi contoh bagi anak didiknya.
Peraturan Presiden (Perpres) nomor 87 Tahun 2017 perihal Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) memperlihatkan bahwa Presiden Joko Widodo menaruh perhatian besar pada PPK. Sekira 70 persen pendidikan dasar, yakni jenjang SD dan SMP, harus bermuatan PPK.

Guru mempunyai tugas yang sangat penting dalam PPK alasannya ialah guru menjadi contoh bagi anak didiknya. Fungsi guru tidak hanya sebagai pengajar melainkan juga pendidik. Pentingnya peran guru dalam penerapan PPK, tentu menerima perhatian dari Kemendikbud.

Guru tidak hanya dituntut bisa mengajar, melainkan bisa mengamati setiap siswanya untuk mengetahui aksara masing-masing siswa. Kekurangan dan kelebihan tiap siswa mesti dipelajari alasannya ialah setiap anak mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda.

Kepala Subdirektorat Perencanaan Kebutuhan Peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi Dijen GTK Kemendikbud Elvira, menyampaikan guru harus meneladai Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara. Sebagai pendidik, Ki Hajar Dewantara mengutamakan empat pilar pendidikan karakter, yaitu olah pikir, olah rasa, olah hati, dan olah raga.

“Guru juga menjadi sosok yang memperlihatkan sisi kepemimpinan dalam menawarkan batas-batas kepada siswanya, ini boleh, ini tidak boleh. Itulah keteladanan guru,” kata Elvira yang kutip dari Kompas (17/12/17).

Guru juga dibutuhkan menjadi sosok yang bisa membangkitkan sifat-sifat baik lainnya, ibarat mempunyai etos kerja, sportif, dan disiplin. Hal ini menjadi bagian dari penanaman karakter.

“Sebenarnya pendidikan aksara dari dulu sudah ada, tapi kini konsep itu harus menjadi adaptasi baik dari kelas, budaya sekolah, dan lingkungan rumah, yaitu dari orangtua,” imbuh Elvira.

Menumbuhkan 5 Budaya Aksara Di Jaman Now

6:28:00 AM
Upaya konkret menumbuhkan budaya abjad Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong dan integritas pada akseptor didik.
Peringatan hari besar nasional dan hari besar agama yakni waktu yang sempurna untuk sekolah mengadakan acara dalam rangka menunjukkan wadah bantuan untuk akseptor ajar mengetahui sejarah sebuah program dan berpatisipasi eksklusif dalam keseluruhan rangkaian acara mulai dari persiapan keragaman pakaian, goresan pena inspiratif, tampilan kreatifitas, acara menyebarkan dan pekan raya akseptor didik. Keseluruhan acara merupakan upaya konkret menumbuhkan budaya karakter mulai dari Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong dan integritas pada akseptor ajar dalam satu wadah.

SD Muhammadiyah 9 melalui peringatan Hari Pahlawan dan Milad Muhammadiyah ke 108 mengadakan program pawai di lingkungan sekitar sekolah. Pawai diikuti oleh seluruh warga sekolah dengan pakaian yang bermacam-macam pada masing-masing tingkat kelas mulai dari pakaian adat, pahlawan, seragam sekolah, batik nasional, kebaya malangan, tapak suci dan hisbul wathon sesuai hukum panitia sekolah. Hal tersebut secara konkret merupakan wujud dari sikap taat hukum dan disiplin sekaligus menunjukkan kepada akseptor ajar perihal wujud Bhineka tunggal lka di sekolah meskipun banyak sekali ragam pakaian dan ciri masing-masing tingkat kelas tetap bersatu bersama mensukseskan program pawai, semua yakni rangkaian operasional dari abjad nasionalis.

Tingkatan Kelas yang berpartisipasi dalam pawai menyiapkan satu tampilan kreasi bebas yang akan ditampilkan pada panggung bersama dapat berupa tari, drama, musik, dan paduan suara. Selain itu setiap kelas menyediakan bermacam-macam goresan pena ide untuk dibawa selama pelaksanaan pawai dengan tujuan untuk mengajak kebaikan pada diri diri sendiri dan masyarakat sekitar. Tampilan kreasi dan goresan pena ide merupakan wadah mewujudkan kreatifitas dan keberanian akseptor ajar yang merupakan operasional dari abjad mandiri.

Proses persiapan tampilan kreasi dan pembuatan ragam goresan pena ide dilakukan bersama –sama antara akseptor didik, wali kelas pendamping beserta wali murid yang tergabung dalam paguyuban kelas. Kegiatan bersama menyerupai ini wadah konkret untuk akseptor ajar terlibat dalam sebuah komunitas kebersamaan yang terdiri atas bermacam-macam usia dan karakter, selain itu selama proses jalannya pawai akseptor ajar menunjukkan oleh-oleh kepada masyarakat yang sudah tertempel stiker permintaan kebaikan pada perayaan Hari Pahlawan dan Milad Muhammadiyah. Buah tangan pun bermacam-macam mulai dari bunga mawar, permen yang dikreasi bunga, hingga mie yang berbentuk keranjang. Keseluruhan rangkaian di atas mulai kebersamaan dan solidaritas akan menumbuhkan budaya gotong-royong pada diri akseptor didik.

Akhir acara jalan pawai di sekitar lingkungan sekolah seluruh warga sekolah menikmati bazar, tampilan kreasi dan pembagian hadiah undian. Selama proses ini seluruh akseptor ajar selalu diingatkan untuk menjaga ke etika dalam melihat tampilan bersama biar semua dapat menikmati dengan baik. Proses pekan raya dan pengambilan hadiah akseptor ajar dilatih eksklusif untuk selalu jujur sekaligus upaya penguatan abjad religius dan Integritas.

Ayo selalu bersemangat untuk membuat sarana dan wadah konkret penguatan abjad pada akseptor didik untuk bekal masa depan yang sukses dan berkarakter.

*) Ditulis oleh Louis Ifka Arishinta, M.Pd. Guru SD Muhammadiyah 9 Malang