Showing posts with label Literasi. Show all posts
Showing posts with label Literasi. Show all posts

Jadwal Libur Sekolah Tahun Aliran 2018/2019

6:54:00 PM
Jadwal libur sekolah sesuai kalender pendidikan tahun fatwa  Jadwal Libur Sekolah Tahun Ajaran 2018/2019
Jadwal libur sekolah sesuai kalender pendidikan tahun fatwa 2018/2019.
Tahun fatwa gres 2018/2019 telah dimulai, aktivitas berguru mengajar pun kembali efektif dilakukan. Dinas Pendidikan masing-masing provinsi telah menetapkan kalender akademik atau kalender pendidikan untuk tahun pelajaran 2018/2019. Kalender akademik ini mengatur banyak sekali hal terkait aktivitas pembelajaran siswa.

Bagi sekolah yang memakai Kurikulum 2013, jumlah ahad efektif minimal 36 minggu. Dengan rincian semester ganjil paling sedikit 18 minggu, dan semester genap paling sedikit 14 minggu. Dalam penyelenggaraan pembelajaran, sekolah sanggup memilih jumlah hari berguru sebanyak lima atau enam hari perminggu.

Pada kalender pendidikan tahun fatwa 2018/2019 yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan memuat permulaan dan simpulan tahun pelajaran, hari pertama aktivitas pembelajaran. Selain itu diatur pula beban belajar, aktivitas tengah semester, evaluasi hasil belajar, libur sekolah, hari libur pada bulan ramadhan.

Berikut asumsi libur siswa tahun fatwa 2018/2019:

1. Libur umum tahun 2018

  • Hari Kemerdekaan RI, Jumat, 17 Agustus 2018.
  • Hari Raya Idul Adha 1439 H, Rabu, 22 Agustus 2018.
  • Tahun Baru Hijriah 1440 H, Selasa, 11 September 2018.
  • Maulid Nabi Muhammad SAW, Selasa, 20 November 2018.
  • Hari Raya Natal, Selasa, 25 Desember 2018.


2. Libur umum tahun 2019

  • Tahun Baru, Selasa, 1 Januari 2019.
  • Tahun Baru Imlek 2569, Selasa, 5 Februari 2019.
  • Hari Raya Nyepi, Tahun Saka 1941, Kamis, 7 Maret 2019.
  • Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, Rabu, 3 April 2019.
  • Wafat Isa Al-Masih, Jumat, 19 April 2019.
  • Hari Buruh Internasional, Rabu, 1 Mei 2019.
  • Hari Raya Waisak 2563, Minggu, 19 Mei 2019.
  • Kenaikan Isa Al-Masih, Kamis, 30 Mei 2019.
  • Hari Lahir Pancasila, Sabtu, 1 Juni 2019.
  • Hari Raya Idul Fitri 1440 H, Rabu-Kamis, 5-6 Juni 2019


3. Libur Semester

  • Libur Semester bagi Paud, TK, SD, SMP, SMA/K diatur sebagai berikut :
  • Libur setiap semester berlangsung selama 12 hari. Libur semester 1 mulai hari Senin tanggal 24 Desember 2018 dan berakhir hari Sabtu tanggal 5 Januari 2019.
  • Libur semester 2 mulai hari Senin, tanggal 1 Juli 2019 dan berakhir hari Sabtu tanggal 13 Juli 2019.


4. Libur Ramadhan

  • Libur awal Ramadhan berlangsung 1 hari sebelum bulan Ramadhan dan 2 hari pada awal bulan Ramadhan, serta 6 hari sebelum tanggal 1 Syawal.
  • Libur Idul Fitri berlangsung 6 hari setelah tanggal 1 Syawal.
  • Selama libur Ramadhan sanggup dimanfaatkan dengan aktivitas bersifat keagamaan dan aktivitas sosial lainnya.


5. Libur khusus

Selain itu, Dinas Pendidikan juga mengatur hari libur khusus suplemen dengan waktu maksimal 1 ahad dalam 1 tahun fatwa untuk setiap sekolah sesuai dengan ciri kekhususan masing-masing.

Perkiraan libur sekolah tahun fatwa 2018/2019 sesuai dengan kalender pendidikan untuk tahun pelajaran 2018/2019 yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan provinsi DKI Jakarta melalui Keputusan Dinas (Kepdis) No 541 Tahun 2018. Kalender pendidikan ini berfungsi untuk menyamakan persepsi terhadap waktu dalam penyelenggaraan pendidikan selama satu tahun

Membaca Merupakan Kebutuhan Primer Bagi Guru Dan Penerima Didik

1:15:00 AM
Membaca Merupakan Kebutuhan Primer Bagi Guru dan Perserta Didik Membaca Merupakan Kebutuhan Primer Bagi Guru dan Peserta Didik
Pentingnya membaca bagi guru dan akseptor didik.
Membaca merupakan kegiatan yang sangat memilih masa depan semua kalangan masyarakat alasannya yakni dengan membaca kita sanggup memperoleh sejumlah informasi yang sanggup memacu kita dalam beraktivitas setiap hari. Terutama bagi guru dan akseptor didik gotong royong membaca merupakan suatu kebutuhan utama sepanjang hidup.

Setiap hari bagi seorang guru niscaya dihadapkan dengan acara Kegiatan Belajar Mengajar yang mau tidak mau harus melaksanakan kegiatan membaca sebagai sarana memperoleh pengalaman dan pengetahuan untuk melaksanakan kiprah sebagai guru. Sedangkan bagi akseptor didik setiap hari dihadapkan dengan rasa ingin tahu serta menguasai pengetahuan dan pengalaman yang disuguhkan oleh gurunya.Ini berarti bagi guru dan akseptor didik kegiatan membaca merupakan acara rutin setiap hari.

Bagi Peserta didik usia Sekolah Dasar tentu membaca dibagi menjadi dua kategori antara lain:

1. Bagi kelas bawah akan berlatih mengeja setiap fonem,kemudian menghafal satu demi satu kemudian langkah selanjutnya menggabungkan bunyi, mengenal kata dan menemukan makna bacaan yang dibacanya. Proses untuk mencapai tingkat menemukan makna bagi akseptor didik SD kelas rendah merupakan suatu usaha yang melibatkan banyak pihak di setiap waktu dan kesempatan. Mulai dari guru di depan kelas,teman di samping kiri dan kanan hingga di lingkungan rumah ada santunan tuntunan orang bau tanah dan keluarga yang peduli dengan akseptor didik tersebut.

2. Bagi Peserta Didik kelas atas mendapatkan dan memahami aneka macam informasi melalui kegiatan membaca baik di dalam kelas di bawah tuntunan guru maupun di luar kelas dengan aneka macam upaya dari akseptor didik tersebut untuk mendapatkan informasi melalui aneka macam sumber. Termasuk saran dan bimbingan orangtua di rumah.

Baca: Guru Diminta Makara Teladan Gemar Membaca Buku

Memperhatikan betapa pentingnya membaca bagi guru dan akseptor didik maka dipandang tidak kalah penting juga kalau setiap hari adanya agenda tetap sebagaimana agenda kebutuhan makan dan minum pada umumnya. Jika ini sanggup dilakukan maka guru dan akseptor didik akan merasa lapar dan haus informasi dan pengetahuan ketika setiap hari terlambat membaca di rumah atau di sekolah.

Demikianlah seharusnya membaca menjadi kebutuhan primer bagi guru dan akseptor didik maka suatu ketika akan muncul generasi Indonesia yang luar biasa. Sebab guru SD merupakan Fondasi pembangunan insan Indonesia yang sangat memilih begitu pula Peserta didik SD yakni Bibit unggul yang mesti menerima perhatian serius dari aneka macam kalangan demi menuju Indonesia Emas Tahun 2045 mendatang. Selamat Membaca hari ini. Sambil mengingat moto usang :"Tiada Hari Tanpa Membaca."

*) Ditulis oleh Paulus Pobas,S.Pd. Guru non PNS di SMAS Nasrani 1 SoE.

Meningkatkan Hasil Berguru Melalui Experiental Learning

2:43:00 AM
Peningkatan Hasil Belajar Melalui Experiental Learning Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Experiental Learning
 Model proses berguru mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan.
Proses pendidikan beralih dari yang berpusat pada pendidik menjadi berpusat pada akseptor didik. Proses pembelajaran tidak hanya terjadi tunjangan materi dari pendidik ke akseptor didik, akan tetapi tugas pendidik lebih menjadi fasilitator bagi akseptor didik dalam membuatkan proses pembelajaran. Peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sementara pendidik mengawasi sekaligus memfasilitasi akseptor didik untuk mencapai tujuan belajar.

Perubahan kurikulum yang diterapkan menekankan pada keterlibatan akseptor didik untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dipertegas dengan kebijakan pelaksanaan kurikulum 2013 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) bahwa seni administrasi pembelajaran yang dikembangkan yaitu pembelajaran aktif dan berpusat pada akseptor didik untuk mendorong keterampilan akseptor didik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tugas aktif akseptor didik sangat besar lengan berkuasa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan berguru yang optimal. Salah satu konsep pembelajaran yang inovatif dan sanggup mengaktifkan akseptor didik yaitu dengan menerapkan model Experiental Learning di dalam proses pembelajaran.

Model Experiental Learning ialah suatu model proses berguru mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiental Learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar membuatkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

Tujuan dari model ini ialah untuk mensugesti siswa dengan tiga cara, yaitu; 1) mengubah struktur kognitif akseptor didik, 2) mengubah sikap akseptor didik, dan 3) memperluas keterampilan-keterampilan akseptor didik yang telah ada. Ketiga elemen tersebut saling berafiliasi dan memengaruhi secara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, alasannya apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif.

Proses pembelajaran model Experiental Learning

a. Tahap Pengalaman Konkret

Proses berguru dimulai dari pengalaman positif yang dialami akseptor didik. Pada tahap ini, seorang akseptor didik diupayakan ikut mengalami suatu kejadian, dimana akseptor didik belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu insiden harus terjadi ibarat itu.

b. Tahap Observasi Refleksi

Pengalaman positif tersebut kemudian direfleksikan secara individu. Dalam proses refleksi, para akseptor didik akan berusaha memahami apa yang terjadi atau apa yang dialaminya. Pada tahap ini, akseptor didik lambat laun bisa mengadakan pengamatan aktif terhadap insiden itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.

c. Tahap Konseptualisasi atau berpikir abstrak

Proses refleksi menjadi dasar proses konseptualisasi atau proses pemahaman prinsip-prinsip yang mendasari pengalaman yang dialami serta asumsi kemungkinan aplikasinya dalam situasi atau konteks yang lain (baru). Pada tahap ini, akseptor didik mulai berguru menciptakan abstraksi atau “teori” perihal hal yang pernah diamatinya. Diharapkan pada tahap ini akseptor didik sudah bisa untuk menciptakan aturan-atuan umum dari aneka macam rujukan insiden yang meskipun tampak berbeda-beda tetapi mempunyai landasan hukum yang sama.

d. Tahap Pengalaman aktif atau penerapan

Proses implementasi merupakan situasi dan konteks yang memungkinkan penerapan konsep yang sudah dikuasai. Kemungkinan berguru melalui pengalaman-pengalaman nyata kemudian direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang telah dilakukannya tersebut. Pengalaman yang telah direfleksikan kemudian diatur kembali sehingga membentuk pengertian-pengertian gres atau konsep- konsep aneh yang akan menjadi petunjuk bagi terciptanya pengalaman atau perilaku-perilaku baru. Pada tahap ini akseptor didik sudah bisa mengaplikasikan suatu hukum umum ke situasi baru. Dalam mata pelajaran matematika, contohnya akseptor didik tidak hanya memahami asal-usul sebuah rumus, tetapi ia juga bisa menggunakan rumus tersebut untuk memecahkan suatu persoalan yang belum pernah
ditemui sebelumnya.

Kelemahan dan Kelebihan

Model Experiental Learning mempunyai kelemahan, kelemahannya terletak pada bagaimana Kolb menjelaskan teori ini masih terlalu luas cakupannya dan tidak sanggup dimengerti secara mudah. Namun model ini mempunyai kelebihan, kesudahannya sanggup dirasakan bahwa pembelajaran lewat pengalaman lebih efektif dan sanggup mencapai tujuan secara maksimal.

Rendahnya Literasi Disebabkan Guru Malas Membaca

5:20:00 PM
Literasi Rendah Disebabkan Guru Malas Membaca Rendahnya Literasi  Disebabkan Guru Malas Membaca
Guru-gurunya sendiri malas membaca, jadi bagaimana dapat dipraktikkan siswa.
Banyak guru yang malas membaca menjadi salah satu penyebab tingkat literasi Indonesia tergolong rendah. Hal ini dikatakan Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Satriawan Salim.

"Guru-gurunya sendiri malas membaca, jadi bagaimana dapat dipraktikkan siswa," kata Satriawan yang kutip dari Tempo (26/12/17).

Dalam Program Penilaian Pelajar Internasional (Program for International Student Assessment/PISA), dari 69 negara, pencapaian siswa-siswi Indonesia untuk sains, membaca, dan matematika masih menempati peringkat 62, 61, dan 63.

Menurut Satriawan, kurangnya kemudahan buku menjadi penyebab guru malas membaca. Akibatnya, hal itu menjadi teladan jelek bagi para siswa. Akses literasi guru dan siswa jauh dari sempurna. Selain itu, konten buku pelajaran yang tidak berkualitas juga masih jadi penyebab anjloknya pendidikan di Indonesia.

Untuk mengatasi masalahan tersebut, FSGI merekomendasikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggalakkan jadwal literasi bagi para guru. Kemendikbud juga diminta memfasilitasi buku-buku berkualitas untuk para guru dan murid.

Terkait dengan permasalahan konten buku, FSGI meminta Kementerian lebih memperketat pengawasan terhadap konten buku pelajaran. Sehingga buku yang diedarkan kepada para siswa mempunyai isi yang berkualitas tanpa konten kekerasan, pornografi, dan radikalisasi.

Rendahnya Literasi Disebabkan Guru Malas Membaca

5:20:00 PM
Literasi Rendah Disebabkan Guru Malas Membaca Rendahnya Literasi  Disebabkan Guru Malas Membaca
Guru-gurunya sendiri malas membaca, jadi bagaimana dapat dipraktikkan siswa.
Banyak guru yang malas membaca menjadi salah satu penyebab tingkat literasi Indonesia tergolong rendah. Hal ini dikatakan Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Satriawan Salim.

"Guru-gurunya sendiri malas membaca, jadi bagaimana dapat dipraktikkan siswa," kata Satriawan yang kutip dari Tempo (26/12/17).

Dalam Program Penilaian Pelajar Internasional (Program for International Student Assessment/PISA), dari 69 negara, pencapaian siswa-siswi Indonesia untuk sains, membaca, dan matematika masih menempati peringkat 62, 61, dan 63.

Menurut Satriawan, kurangnya kemudahan buku menjadi penyebab guru malas membaca. Akibatnya, hal itu menjadi teladan jelek bagi para siswa. Akses literasi guru dan siswa jauh dari sempurna. Selain itu, konten buku pelajaran yang tidak berkualitas juga masih jadi penyebab anjloknya pendidikan di Indonesia.

Untuk mengatasi masalahan tersebut, FSGI merekomendasikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggalakkan jadwal literasi bagi para guru. Kemendikbud juga diminta memfasilitasi buku-buku berkualitas untuk para guru dan murid.

Terkait dengan permasalahan konten buku, FSGI meminta Kementerian lebih memperketat pengawasan terhadap konten buku pelajaran. Sehingga buku yang diedarkan kepada para siswa mempunyai isi yang berkualitas tanpa konten kekerasan, pornografi, dan radikalisasi.