Orang bau tanah siswa yang juga bekerja seharian baiklah dengan gagasan full day school atau sekolah sehari penuh. Hal ini dikatakan salah satu orang bau tanah siswa MTS Yayasan Khairul Ummah Syahroni, Jakarta Utara, Astuti. Dia sangat baiklah dengan konsep full day school.
Baca juga: Program "Full Day School" Tetap Jalan
Pasalnya, sebagai orang bau tanah ia harus bekerja sehingga tak bisa memantau anak selama 24 jam. Menurutnya, Kalau anak full di sekolah maka acara belum dewasa bisa diawasi guru.
"Daripada anak pulang sekolah jam satu siang, lalu nongkrong tak terperinci lebih baik mengikuti acara ekstrakurikuler. Biar belum dewasa tak kelayapan, nongkrong, merokok, main PS, saya sangat tak suka," kata Astuti yang kutip dari Republika (14/08/16).
Dengan full day school, anak sanggup mengikuti acara ekstrakurikuler, Astuti menyampaikan belum dewasa akan mempunyai acara yang lebih baik. Selain menambah ilmu acara mereka juga lebih terarah.
"Apalagi pergaulan anak kini makin mengerikan. Gadget di mana-mana, bahkan ada anak SD merokok, main kartu, ngomong jorok menyerupai preman. Daripada anak jadi menyerupai itu lebih baik ikut full day school," katanya.
Sebagai orang tua, lanjutnya tak mau generasi muda terkena rokok, apalagi narkoba. Makanya belum dewasa membutuhkan acara konkret usai sekolah.
Baca juga: Ini Jam Belajar SD di Beberapa Negara
Gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy yang akan menerapkan full day school ini menerima respon bermacam-macam dan luar biasa dari masyarakat. Dia menilai respon masyarakat sebagai hal positif.
Menurutnya diharapkan restorasi pendidikan terutama pada level SD dan Sekolah Menengah Pertama sebab pada tahap itu huruf anak bisa terbentuk. Full day school dipandang bisa menjadi salah satu solusi untuk membangun generasi penerus berkualitas.