Showing posts with label Inovasi Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Inovasi Pendidikan. Show all posts

Lomba Karya Penemuan Pembelajaran Guru Sd 2017

4:46:00 PM
Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran bagi Guru SD Tingkat Nasional Tahun  Lomba Karya Inovasi Pembelajaran Guru SD 2017
Pedoman Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran bagi Guru SD Tingkat Nasional Tahun 2017.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melaksanakan Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran bagi guru SD tahun 2017. Kegiatan ini sebagai salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan di SD. Melalui perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran (Inobel), karya-karya penemuan pembelajaran yang terpilih sanggup dimanfaatkan sebagai acuan bagi guru SD dalam peningkatan mutu pembelajaran.

Baca juga: Olimpiade Guru Nasional Untuk Guru SD Tahun 2017

Pelaksanaan perlombaan tersebut merupakan ajang kompetisi penemuan pembelajaran bagi guru SD, baik dalam hal pendekatan, model, metode, strategi, dan media pembelajaran untuk memecahkan duduk masalah pembelajaran. Suatu penemuan yang sanggup membantu memecahkan permasalahan pembelajaran diperlukan sanggup meningkatkan mutu proses dan hasil mencar ilmu penerima didik. Sehingga berdampak nyata terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.

Sasaran acara Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran bagi Guru SD Tingkat Nasional Tahun 2017 ialah guru SD di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi 3 bidang lomba, yaitu:

1. Guru Kelas yang melaksanakan penemuan pembelajaran Matematika atau Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Guru Kelas yang melaksanakan penemuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau Bahasa Indonesia.

3. Guru Mata Pelajaran yang melaksanakan penemuan pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan, Pendidikan Agama, dan Muatan Lokal.

Ruang lingkup acara Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran bagi Guru SD Tahun 2017 berisi ihwal pengalaman pembelajaran terbaik guru SD yang merupakan hasil inovasi/hal-hal baru/pembaharuan dalam pembelajaran (model, strategi, metode, media pembelajaran, dan teknik penilaian) untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil mencar ilmu penerima didik. Hasil penemuan dituangkan dalam bentuk naskah yang dikirim melalui laman http://www.kesharlindungdikdas.id

Tema Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran Guru SD Tingkat Nasional Tahun 2017 ialah “Inovasi Pembelajaran sebagai Upaya Mewujudkan Indonesia Cerdas, Kreatif, Unggul, dan Berkarakter”. Adapun isi karya lomba mengacu pada kurikulum yang berlaku di sekolah terkait dengan model, strategi, metode, media pembelajaran, dan teknik evaluasi yang mengacu pada pembelajaran tematik.

Informasi selengkapnya mengenai Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran Guru SD Tingkat Nasional Tahun 2017 menyerupai persyaratan peserta, persyaratan karya dan naskah sanggup mendownload PEDOMAN PERLOMBAAN KARYA INOVASI PEMBELAJARAN GURU SD TAHUN 2017. Bagi juara Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran bagi Guru SD untuk tingkat pusat/nasional akan mendapat penghargaan.

Lomba Karya Penemuan Pembelajaran Guru Sd 2017

4:46:00 PM
Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran bagi Guru SD Tingkat Nasional Tahun  Lomba Karya Inovasi Pembelajaran Guru SD 2017
Pedoman Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran bagi Guru SD Tingkat Nasional Tahun 2017.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melaksanakan Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran bagi guru SD tahun 2017. Kegiatan ini sebagai salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan di SD. Melalui perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran (Inobel), karya-karya penemuan pembelajaran yang terpilih sanggup dimanfaatkan sebagai acuan bagi guru SD dalam peningkatan mutu pembelajaran.

Baca juga: Olimpiade Guru Nasional Untuk Guru SD Tahun 2017

Pelaksanaan perlombaan tersebut merupakan ajang kompetisi penemuan pembelajaran bagi guru SD, baik dalam hal pendekatan, model, metode, strategi, dan media pembelajaran untuk memecahkan duduk masalah pembelajaran. Suatu penemuan yang sanggup membantu memecahkan permasalahan pembelajaran diperlukan sanggup meningkatkan mutu proses dan hasil mencar ilmu penerima didik. Sehingga berdampak nyata terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.

Sasaran acara Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran bagi Guru SD Tingkat Nasional Tahun 2017 ialah guru SD di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi 3 bidang lomba, yaitu:

1. Guru Kelas yang melaksanakan penemuan pembelajaran Matematika atau Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Guru Kelas yang melaksanakan penemuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau Bahasa Indonesia.

3. Guru Mata Pelajaran yang melaksanakan penemuan pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan, Pendidikan Agama, dan Muatan Lokal.

Ruang lingkup acara Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran bagi Guru SD Tahun 2017 berisi ihwal pengalaman pembelajaran terbaik guru SD yang merupakan hasil inovasi/hal-hal baru/pembaharuan dalam pembelajaran (model, strategi, metode, media pembelajaran, dan teknik penilaian) untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil mencar ilmu penerima didik. Hasil penemuan dituangkan dalam bentuk naskah yang dikirim melalui laman http://www.kesharlindungdikdas.id

Tema Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran Guru SD Tingkat Nasional Tahun 2017 ialah “Inovasi Pembelajaran sebagai Upaya Mewujudkan Indonesia Cerdas, Kreatif, Unggul, dan Berkarakter”. Adapun isi karya lomba mengacu pada kurikulum yang berlaku di sekolah terkait dengan model, strategi, metode, media pembelajaran, dan teknik evaluasi yang mengacu pada pembelajaran tematik.

Informasi selengkapnya mengenai Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran Guru SD Tingkat Nasional Tahun 2017 menyerupai persyaratan peserta, persyaratan karya dan naskah sanggup mendownload PEDOMAN PERLOMBAAN KARYA INOVASI PEMBELAJARAN GURU SD TAHUN 2017. Bagi juara Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran bagi Guru SD untuk tingkat pusat/nasional akan mendapat penghargaan.

Mencetak Generasi Cinta Lingkungan

8:27:00 AM
cara menjaga lingkungan terutama perihal penghijauan Mencetak Generasi Cinta Lingkungan
Pembiasaan yang baik mengenai cara-cara menjaga lingkungan terutama perihal penghijauan.
Rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar tidak akan tumbuh dengan sendirinya jikalau tidak ditanamkan semenjak masa kanak-kanak. Pembiasaan yang baik mengenai cara-cara menjaga lingkungan terutama perihal penghijauan hendaklah sudah mulai ditanamkan kepada bawah umur semenjak mereka sudah mengerti perihal mahluk Tuhan, menyerupai tumbuh-tumbuhan.

Segala daya dan upaya dilakukan oleh para pendidik supaya bawah umur didik mereka mau peduli dan cinta terhadap lingkungan mereka. Seperti yang sedang dilakukan oleh beberapa siswa kelas 4 SDIT Al Ittihad baru-baru ini. Dalam menerapkan pembelajaran perihal Lingkungan Hidup, siswa-siswa kelas IV diajak untuk menyumbangkan salah satu tumbuhan penghijauan yang berjulukan Saberna. Saberna yaitu sebuah jenis tumbuhan yang sangat gampang ditanam dan dipelihara. Tanaman ini sanggup tumbuh subur di tempat tropis dan lahan yang masih memerlukan penghijauan. Karena area sekolah masih mempunyai ruang kosong untuk bisa ditanami, tumbuhan Sarbena ini sanggup dimanfaatkan oleh bawah umur sebagai sarana penghijauan di area lingkungan sekolah. Agar kelak lingkungan sekolah menjadi lebih hijau dan asri.

Seluruh siswa kelas IV ini sangat antusias mengikuti acara tanam menanam ini, tujuannya yaitu supaya pada hari-hari ke depan sekolah mereka bisa lebih menjadi hijau dan rindang. Karena masih ada beberapa tempat di bab sekolah yang belum tertata dengan rapi dan hijau. Ustad Sugeng sebagai pemandu bawah umur memperlihatkan pengarahan bagaimana caranya menanam media tumbuhan ke dalam pot-pot yang telah disediakan. Dan kemudian anak-anakpun diberi kesempatan untuk menanam tanamannya sendiri.

Banyak manfaat dan fungsi yang bisa kita peroleh dari acara ini. Pembiasaan menanam dan memelihara tumbuhan ini bisa menjadi habit bagi anak-anak, dan menumbuh kembangkan rasa cinta mereka terhadap tanaman. Selain daripada itu mereka juga mempunyai pengalaman yang luar biasa yang bisa mereka terapkan di lingkungan sekitar rumah mereka.

Baca juga: Kecerdasan Anak Dipengaruhi Lingkungan Keluarga

Setelah tanaman-tanaman Sarbena dipindahkan dari media tanamnya ke tempat yang lebih besar, siswa-siswapun di bagi secara perkelas diberi tanggung-jawab untuk merawat tanamannya masing-masing selama periode tertentu. Karena pada awal penanaman, biasanya tumbuhan membutuhkan perhatian khusus supaya tumbuh lebih cepat dan subur.

Semoga acara ini bisa menjadi sarana pembelajaran kebiasaan nyata bagi anak-anak. Agar kelak saat cukup umur mereka bisa menjaga lingkungannya dan cinta terhadap penghijauan. Ayat al Qur’an berikut ini memberi kita sebuah peringatan yang patut dicermati, QS. al-Qashasah (28): 77

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kau melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat sepakat (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Semoga generasi penerus bangsa ini bisa menjadi manusia yang cinta terhadap lingkungannya dan selalu menjaganya. Amin ya Robbal Alamin…

*) Ditulis oleh Delta Nia, S.Pd, M.Pd, Profesional Teacher

Guru Apatis, 'Kalah' Dari Siswa, Dan Takut Uu Pa

7:32:00 AM
Guru yang lebih peduli terhadap siswanya ialah guru yang mengemban amanah yang sebenarnya.
Apatis atau bermasa kolot tentu bukanlah perilaku atau prilaku yang baik. Terlebih kalau yang berprilaku apatis itu ialah seorang guru yang sejatinya lebih care atau peduli terhadap tanggungjawab dan bidangnya. Tapi, apakah benar ada guru yang apatis itu? Suatu hal yang sangat disayangkan kalau memang benar ada guru yang apatis. Baiklah, dalam goresan pena ini dipermaklumkan guru yang apatis lantaran kurangnya kepedulian terhadap siswanya.

Guru “kalah” dari siswa

Betapa tragisnya seorang guru kalau beliau telah “kalah” oleh siswanya sendiri. “Kalah” dalam artian tak bisa lagi mengarahkan siswa. Guru tak boleh “kalah” dari siswanya. Tak ada kata habis dan berhenti dalam melaksanakan pembinaan terhadap siswa oleh guru. Guru punya 1001 macam teknik yang sanggup dipakai dalam membimbing siswa. Jika seorang guru menghadapi siswa yang bandel, dan telah melaksanakan dua tiga pendekatan tapi belum berhasil, maka guru tersebut harus melaksanakan empat lima pendekatan lainnya, dan seterusnya. Jika memang siswa itu masih anak normal, maka niscaya ada jalan keluar dari semua permasalahannya.

Jika di sekolah menengah ada guru pembimbing yang fungsinya secara singkat untuk lebih menunjukkan kepedulian terhadap siswa, maka tidaklah elok kalau permasalahan kenakalan siswa hingga pada pihak berwajib atau kepolisian. Apalagi, kalau kenakalan tersebut terjadi pada siswa sekolah dasar. Sepanjang kenakalan atau kejahatan itu terjadi di sekolah pada jam sekolah, maka harus bisa diselesaikan oleh guru. Guru sejatinya tidak mengalihkan tanggungjawabnya, yakni melaksanakan training siswanya, kepada pihak lainnya, menyerupai polisi.

Guru sejatinya harus selalu menunjuk dirinya, dari apa yang terlihat pada siswa. Tidak hanya yang aktual belaka, tetapi juga yang negatif. Guru tak elok mencari “kambing hitam” terhadap prilaku siswa yang melenceng, meskipun lebih banyak waktu siswa dihabiskan di luar sekolah. Intinya ialah kepedulian. Sejauh mana seorang guru telah peduli kepada “anaknya” tersebut. Yah, anaknya. Guru harus menganggap siswa sebagai anak kandungnya, sehingga didikan, ajaran, serta bimbingan yang diberikan terjamin kesungguhan dan keikhlasannya.

Takut UU PA

Undang-undang Perlindungan Anak (UU PA) sering menjadi alasan, guru tak lagi peduli terhadap siswa lantaran takut UU PA. Padahal, UU PA hanya melarang guru melaksanakan kekerasan pisik dan psikis terhadap anak (siswa), sesuatu yang memang harus dihindai oleh guru. Peduli terhadap siswa, sama sekali tidak identik dengan kekerasan itu. Tidak satupun metode mengajar atau membimbing siswa yang melegalkan kekerasan, meskipun eksekusi tetap bisa dilakukan. Tak ada satupun mahir pendidikan dan juga regulasi termasuk UU PA yang melarang guru menghukum siswa. Hanya saja, masih ada guru yang menganalogikan eksekusi harus dengan kekerasan pisik atau psikis. Itulah yang dilarang.

Terlepas dari itu semua, UU PA juga semakin menunjukkan ruang kepada guru apatis. Bukan takut terhadap UU PA, tetapi sudah ada alasan pembenaran terhadap sikapnya yang apatis kepada siswa. Guru apatis cenderung hanya menggugurkan kewajiban dan setiap awal bulan siap terima honor dan derma profesi. Tak ada “kegelisahan” terhadap teknik mengajar, alat peraga yang digunakan, kedalaman materi, tingkat penerimaan siswa, serta perilaku dan prilaku siswanya. Tak ada interaksi psikologis antara guru dengan siswa. Interaksi monoton dan kaku serta formal, itulah keseharian yang terjadi pada proses pembelajaran guru apatis.

Baca juga: Menjadi Guru yang Dicintai Siswa

Kedua hal sebagai yang melatarbelakangi lahirnya guru apatis telah termaklumkan. Semoga menggugah para guru untuk “mengibasnya” dari langkah maju yang kreatif serta inovatif pada dirinya. Benar, tragis kalau ada guru menjadi apatis disebabkan bayang-bayang kedua hal di atas. Bagaimana tidak, kalau guru telah menjadi apatis, siapa lagi yang diharap untuk mengisi penerus bangsa ini dengan semangat positif. Ingat, lima, sepuluh, lima belas tahun ke depan, bagaimana bangsa ini ditentukan oleh para siswa yang kini dididik oleh guru-guru kita. Jadilah guru yang lebih peduli, tinggalkan apatisme. Tingkatkan terus kepedulian terhadap siswa, lantaran yakinlah bahwa guru yang lebih peduli terhadap siswanya ialah guru yang mengemban amanah yang sebenarnya. SEKIAN.

*) Ditulis oleh MUH. SYUKUR SALMAN, Guru SD Negeri 71 Parepare

Mendikbud Minta Sekolah Harus Menyenangkan

11:49:00 PM
Mendikbud Minta Sekolah Harus Menyenangkan Mendikbud Minta Sekolah Harus Menyenangkan
Jika guru dan kepala sekolahnya tidak menyenangkan, jangan harap sekolah sanggup menjadi kawasan berguru yang menyenangkan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan meminta kepada seluruh forum pendidikan untuk mengakibatkan sekolah sebagai kawasan berguru yang menyenangkan. Menurut Mendikbud, sekolah yang menyenangkan dimulai dari tugas guru dan kepala sekolah.

Suasana sekolah yang menyenangkan sanggup muncul dikala seorang guru sanggup membawakan suasana berguru yang tidak menegangkan, dan menerapkan aneka macam metode pembelajaran yang menyenangkan. Tidak diasosiasikan hanya dengan kawasan pembelajaran yang glamor dan mahal.

"Jika guru dan kepala sekolahnya tidak menyenangkan, jangan harap sekolah sanggup menjadi kawasan berguru yang menyenangkan. Untuk itu mari kita lakukan hal yang berbeda," kata Mendikbud yang kutip dari kemdikbud.go.id (19/05/15).

Guru harus melibatkan siswa dalam proses berguru mengajar. Guru sanggup menanyakan kepada siswa metode pembelajaran menyerupai apa yang mereka inginkan. Dengan begitu, suasana pembelajaran di sekolah akan lebih kondusif.

Baca juga: Berilah Anak Kesenangan dalam Belajar

Mendikbud yakin kalau siswa mencicipi nyaman dan bahagia dikala berguru di sekolah, prestasi para siswa akan lebih meningkat. Selain itu, Mendikbud minta sekolah juga harus sanggup menjadi kawasan berguru yang berintegritas.

"Tidak boleh terlupakan, selain sekolah juga sebagai kawasan berguru yang menyenangkan, juga sekolah harus sanggup menerangkan sebagai kawasan berguru yang berintegritas. Guru dan kepala sekolah sanggup menjadi contoh bagi para siswa," pesan Mendikbud.

Keteladanan Dalam Pendidikan

6:47:00 AM
Sudah selayaknyalah orangtua dan guru memberi keteladanan kepada anak Keteladanan dalam Pendidikan
Sudah selayaknyalah orangtua dan guru memberi keteladanan kepada anak-anaknya.
Sungguh telah ada pada diri Rasulullah SAW suri tauladan yang baik bagimu. Demikian pernyataan Allah swt dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21. Keteladanan Rasulullah saw merupakan keteladanan terhadap semua hal, termasuk dalam hal pendidikan, terutama bagaimana Rasulullah SAW mencontohkan pendidikan untuk anak.

Keteladanan sangat dekat kaitannya dengan komitmen, kejujuran dan integritas. Keteladanan berarti melaksanakan apa yang diucapkan dan mengucapkan apa yang sudah dilakukan. Seorang guru atau pendidik harus sanggup menampilkan suri tauladan yang baik didepan bawah umur didiknya. Contoh sederhana, menyerupai menjanjikan sesuatu (hadiah) kepada anak saat anak sanggup melaksanakan sesuatu yang diminta oleh guru atau orang tua. Ketika anak sanggup melaksanakan hal tersebut dengan baik, dan guru tidak memenuhi janjinya untuk memperlihatkan sesuatu (hadiah) tersebut, maka ialah sebuah kedustaan yang sudah diajarkan kepada anak.

Secara psikologis insan butuh akan teladan (peniruan) yang lahir dari ghorizah (naluri) yang bersemayam dalam jiwa yang disebut juga dengan taqlid. Yang dimaksud peniruan disini ialah hasrat yang mendorong anak, seseorang untuk menggandakan prilaku orang dewasa, atau orang yang mempunyai efek dalam kehidupannya.

Keteladanan memang berat. Dalam kepemimpinan sebetulnya yang sangat sulit bukanlah ilmu-ilmu manajemen, teori-teori kepemimpinan, lantaran semua itu sanggup dipelajari, sanggup dibaca. Namun yang sulit itu ialah menampilkan keteladanan. Suri teladan yang baik mempunyai dampak yang besar pada kepribadian anak. Sebab, fitrah anak ialah menggandakan dan mencontoh apa yang dilakukan orang tua, guru dan lingkungannya. Anak-anak akan selalu memperhatikan dan meneladani sikap dan sikap orang dewasa. Apabila mereka melihat orang tua, gurunya berperilaku jujur, mereka akan tumbuh dalam kejujuran. Demikian juga sebaliknya.

Baca juga: Kecerdasan Anak Dipengaruhi Lingkungan Keluarga

Sudah selayaknyalah orangtua dan guru memberi keteladanan kepada anak-anaknya. Para orangtua dan guru sebaiknya memperlihatkan pola yang baik sesuai dengan hikmah dan ucapannya kepada para anaknya. Akan sangat lucu kalau yang disampaikan orangtua dan guru kepada anak-anaknya ternyata tidak dilakukan oleh orangtua dan guru itu sendiri. Dalam Islam, keteladanan dari orangtua sangat memilih terlebih di zaman kini media tontonan tidak sanggup dibutuhkan menjadi pola yang baik bagi pembentukan budpekerti bawah umur muslim.

Dalam pendidikan terutama kepada anak-anak, pola ialah suatu hal yang penting bagi anak. Seorang guru atau orang renta yang menyuruh anaknya berwudhu dan sholat contohnya sementara ia sendiri masih sibuk dengan aktifitasnya akan sulit menanamkan nilai-nilai kepada akseptor didiknya. Dibandingkan dengan guru yang mengajak wudhu dan sholat lantaran ia sekalian melakukannya, tentu hal ini akan berdampak besar lengan berkuasa dan lebih sanggup diikuti oleh murid-muridnya. Disinilah letak keteladanan.

Termasuk dalam ucapan-ucapan yang diungkapkan orang renta atau guru setiap hari, janji-janji yang diucapkan kepada anak, perilaku-perilaku yang ditampilkan disekolah maupun dirumah, semuanya akan menjadi perhatian besar bagi anak. Orang renta atau guru yang sering berbohong akan kehilangan keteladanan dan pengaruhnya kepada anak didiknya, sehingga kata-katanya tidak lagi didengar dan dilaksanakan.

Oleh alasannya ialah itu keteladanan dalam pendidikan menjadi sebuah keniscayaan yang harus diperhatikan oleh semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan sebelum hal-hal lain menyerupai bahan pelajaran dan seterusnya. Tentu hal ini tidak sanggup serta merta sanggup diwujudkan begitu saja, harus ada upaya yang sistematis dalam membuat guru-guru yang mempunyai keteladanan yang tinggi. Tentu saja dalam hal ini dimulai dari pendidikan guru itu sendiri, rekrutmennya, sistem pelatihan guru dan evaluasinya.

Disamping itu sebesar apapun usaha orangtua dan guru dalam merawat, mendidik, menyekolahkan dan mengarahkan anaknya, andaikan Allah ta’ala tidak berkenan untuk menjadikannya anak yang salih, pasti ia tidak akan pernah menjadi anak salih. Hal ini memperlihatkan betapa besar kekuasaan Allah swt dan betapa kecilnya kekuatan kita. Ini terperinci memotivasi kita untuk lebih membangun ketergantungan dan rasa tawakkal kita kepada Allah swt. Dengan cara, antara lain, memperbanyak menghiba, merintih, memohon proteksi dan pertolongan, memperbanyak doa kepada Allah dalam segala sesuatu, terutama dalam hal mendidik anak.

Mendoakan anak ialah penggalan dari pendidikan dan keteladanan itu sendiri. Karena doa ialah termasuk ibadah yang utama dan wujud dari bentuk keteladanan yang dilakukan guru atau orang tua. Doa orang renta sungguh asing kalau itu ditujukan pada bawah umur mereka. Jika orang renta ingin anaknya menjadi sholeh dan baik, maka doakanlah mereka lantaran doa orang renta ialah doa yang gampang diijabahi oleh Allah swt. Namun ingat sebetulnya doa yang dimaksudkan di sini meliputi doa baik dan dan juga sekaligus doa yang jelek dari orang renta pada anaknya. Makanya harus hati-hati saat murka kepada anak, dan kemudian orang renta dan guru kemudian mendoakan anak dengan sesuatu yang buruk.

Diantara doa terbaik ialah doa sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 74: “Ya Tuhan kami, Anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami yang menyenangkan hati, dan jadikan kami imam bagi orang yang bertaqwa”.

Semoga Allah memperkenankan doa kita sebagai orang renta yang berisi kebaikan kepada anak-anak kita. Semoga bawah umur kita berada dalam kebaikan dan terus berada dalam bimbingan Allah di jalan yang lurus. Jika kita sebagai anak, janganlah hingga durhaka pada orang tua. Banyak-banyaklah berbuat baik pada mereka, sehingga kita pun akan didoakan oleh bapak dan ibu kita. Wallahu’alam bisshawab.

*) Ditulis oleh Iqbal Anas. Kepala SDIT Ma'arif Padang Panjang