Anak harus berperan aktif dalam berguru di kelas. |
“Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103).
Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa sanggup melaksanakan eksplorasi, penemuan-penemuan gres yang belum dikenal atau pengertian yang ibarat dengan yang sudah diketahui. Lingkungan ibarat ini bertujuan semoga siswa dalam proses berguru sanggup berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Guru harus menunjukkan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver atau seorang scientis. Bahan didik tidak disajikan dalam bentuk akhir, namun siswa dituntut untuk melaksanakan banyak sekali aktivitas menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan materi serta menciptakan kesimpulan-kesimpulan.
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan menunjukkan kesempatan kepada siswa untuk berguru secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus sanggup membimbing dan mengarahkan aktivitas berguru siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi ibarat ini ingin merubah aktivitas berguru mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Contoh Penerapan Model Discovery Learning
Guru melaksanakan penyampaian materi singkat perihal berdiri ruang sekitar kita, serta bagaimana cara menciptakan jaring-jaring berdiri ruang. Siswa dituntut untuk melaksanakan uji coba menciptakan gambar jaring-jaring berdiri ruang. Dan guru meminta siswa untuk membawa perlengkapan untuk menggambar jaring-jaring tersebut, ibarat kertas gambar, penggaris, dan alat tulis.
Kemudian guru melaksanakan pengumpulan data dengan cara mengamati pribadi ketika siswa mencoba menciptakan jaring-jaring berdiri ruang dan sehabis siswa memahaminya, dilakukan post test berupa kuis yang sebelumnya telah disiapkan oleh guru perihal jaring-jaring berdiri ruang.