Showing posts with label Metode Pembelajaran. Show all posts
Showing posts with label Metode Pembelajaran. Show all posts

Sekolah Bukan Lagi Daerah Yang Nyaman Bagi Guru

10:10:00 PM
Sekolah Bukan Lagi Tampat yang Nyaman Bagi Guru Sekolah Bukan Lagi Tempat yang Nyaman Bagi Guru
Sekolah bukan lagi sebagai ruang yang nyaman bagi para guru dalam mendidik dan membentuk karakter.
Sekolah bukan lagi daerah yang nyaman bagi guru untuk mendidik. Hal ini dikatakan Pelaksana Tugas Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rasidi. Menurutnya, ini terlihat dari maraknya kasus yang menyeret guru ke ranah pidana oleh orang renta siswa.

"Sekolah bukan lagi sebagai ruang yang nyaman bagi para guru dalam mendidik, menanamkan kebijaksanaan pekerti, membentuk karakter, dan nilai-nilai disiplin dan kerja keras siswanya. Para guru dicekam rasa ketakutan dalam melakukan kiprah edukatifnya," kata Unifah yang kutip dari republika.co.id (14/06/16).

PGRI meminta para guru untuk mengubah metoda mengajar yang lebih ramah pada anak. Guru-guru diminta mempelajari dan mencermati aturan, dan diminta memperkuat kompetensi pribadi serta sosial dalam menghadapi siswa yang seringkali menguji kesabaran guru.

Baca juga: Mendikbud Minta Sekolah Harus Menyenangkan

Dia mengatakan, ada nilai-nilai yang berubah dalam diri masyarakat dan pemahaman yang salah dalam memahami hukum sekolah. Dia meminta kalau guru khilaf atau kurang sabar dalam menjalankan tugas, biar masyarakat menghormati pekerjaan guru tersebut.

"Jangan eksklusif para guru ditahan atau dilaporkan sepihak oleh orang tua. Ajaklah bicara, tolong dimediasi dengan kepala sekolah, orang tua, dan pihak terkait," kata Unifah.

Pengertian Metode Inquiri, Kelebihan Dan Kekurangannya

6:04:00 AM
Tujuan utama memakai metode inquiri yaitu membantu siswa dalam berbagi keteramp Pengertian Metode Inquiri, Kelebihan dan Kekurangannya
Tujuan utama memakai metode inquiri yaitu membantu siswa dalam berbagi keterampilan inovasi ilmiah.
Pengertian metode inquiri yaitu metode pembelajaran yang mana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih banyak berguru sendiri serta berbagi keaktifan dalam memecahkan masalah.

Metode mengajar yaitu suatu pengetahuan ihwal cara-cara mengajar yang dipakai oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain yaitu teknik pengajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan materi pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual maupun kelompok, biar pelajaranitu sanggup disrap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.makin baik metode mengajar makin efektif pula pencapaian tujuan. ( Ahmadi, 2005 : 52). Proses inquiri yaitu suatu proses khusus untukmeluaskanpengetahuan melalui penelitian.

Peran utama guru dalam pelajaran inquiri sebagai metoderator (Sutrisman,Tambunan 1987:6-39). Metode inquiri merupakan metode pengajaran yang berusaha meletakan dasar dan berbagi cara berpikir ilmiah. Dalam penerapan metode ini siswa dituntut untuk lebih banyak berguru sendiri dan berusaha berbagi kreatifitas dalam berbagi duduk kasus yang dihadapinya sendiri. Dan tujuan utama memakai metode inquiri yaitu membantu siswa dalam berbagi keterampilan inovasi ilmiah.

Langkah-langkah penerapan metode inquiri

Kegiatan-kegiatan berguru yang disajikan dalam semangat banyak sekali inquiri menambah motivasi dan dan memajukan partisipasi aktif (Hamalik,200 :64). Syarat-syarat penerapan metode inquiri yaitu merumuskan topik inquiri dngan terang dan bermanfaaat bagi siswa, membantu kelompok yang seimbang baik akademik mupunsosial dan mejelaskan tugas, menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsive dan sempurna waktunya.

Sekali-sekali perlu intervensi oleh guru biar terjadi interaksi antara langsung yang sehat dan demi kemajuan tugas. Melaksanakan evaluasi terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok maupn hasil-hasil yang dicapai (Hamalik,2004 :65).

Menurut pendapat Sudjana (2004 :155) dalam menerapkan metode inquiri yaitu beberapa tahapan yaitu : perumusan duduk kasus untuk dipecahkan siswa menetapkan balasan sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis, siswa mencari informasi, data, fakta yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis, dalam menarik kesimpulan atau generalisasi, mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Inquiri:

a. Kelebihan Metode Inquiri
Siswa aktif dalam kegiataan belajar. Sebab ia berpikir dan menggunnakan kemampuan untuk hasil final perkembangan secara bepikir ilmiah. Seperti mengali petanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan atau memproses keterangan. Dengan metode inquiri sanggup dikembangkan seluas-luasnya dan melatih anak untuk berguru sendiri dengan kasatmata sehingga sanggup dikembangkan pendidikan demokrasi.

b. Kelemahan Metode Inquiri
Metode inquiri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda contohnya anak Sekolah Dasar khususnya di kelas rendah. Dengan penerapan metode inquiri memerlukan kecerdasan anak yang tinggi, bila anak kurang cerdas, karenanya kurang efektif.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas sanggup ditarik kesimpulan bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan tetapi semua itu sanggup diatasi dengan baik jikalau seorang guru kreatif dalam menggunakannya dan siswa akan terlihat aktif dalam proses berguru mengajar.

Pengalaman Kala Kemudian Besar Lengan Berkuasa Terhadap Minat Mencar Ilmu Siswa

6:01:00 AM
Guru profesional tidak pernah lupa bahwa pengalaman masa kemudian kuat terhadap minat berguru siswa.
Setiap insan secara sadar maupun tidak sadar selalu memandang bahwa pengalaman masa kemudian yang pernah mereka alami sangat berharga bagi dirinya. Pengalaman tersebut menjadi catatan yang sulit dilupakan di dalam memori otaknya, baik yang terkesan menghasilkan/ menggagalkan, menyenangkan/menyedihkan, menentramkan/menyeramkan, dan sebagainya. Semua pengalaman tersebut bisa berdampak positif maupun negatif.

Bagi seorang anak yang mempunyai IQ di atas 100, pengalaman jelek masa kemudian bisa jadi pemacu minat untuk berguru lebih intensif dengan menghindari kesalahan yang pernah dilakukan, tetapi bagi anak yang mempunyai IQ semakin kurang dari 100 kegagalan dianggap sebagai suatu petaka yang menjadikannya stress berat dan selalu terbayang kegagalan yang pernah dialami. Misal, seorang anak yang gres berguru berdiri ternyata ia jatuh dan mengakibatkan anggota badannya terasa sakit sebab membentur dinding, bisa jadi anak tersebut bangun lagi sesudah rasa sakitnya hilang, atau menjadikannya enggan berlatih berdiri lagi sebab apa yang dilakukan dianggap kesalahan yang tidak akan diulang. Maka selaku orang sampaumur yang sedang mengasuh anak menyerupai itu harus berhati-hati dalam menenangkan anak dan berusaha memotivasi mereka biar mau berlatih lagi.

Memasuki usia 2-5 tahun yaitu masa perkembangan ingatan yang luar biasa pesatnya. Pengalaman yang bisa kuat terhadap seorang anak tidak hanya pengalaman pribadi saja, tetapi pengalaman orang lain yang pernah dilihat atau didengar juga menjadi catatan memerinya, sebab mereka telah bisa berkomunikasi secara verbal, non verbal, maupun kontekstual. Hal ini bisa diamati ketika mereka mendengar cerita/larangan orang bau tanah sering mereka memberikan kepada orang lain bahwa cerita/larangan tersebut menjadi sesuatu yang harus dihindari supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, atau mungkin mereka suka menirukan ucapan atau tingkah laris orang atau binatang yang pernah dilihat atau didengarnya. Arno F. Wittig (Psychology of Learning 1981) : Perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam tingkah laris suatu organisme sebagai hasil belajar. Pada usia ini pengasuh anak harus lebih berhati-hati sebab mereka mengalami fese imitasi atau fase menentang pertama yang kadang dianggap badung oleh orang dewasa. Maka segala bimbingan, arahan, nasihat yang diberikan harus benar, jujur, dan memotivasi mereka ke arah kebaikan dan perkembangan mental anak asuhannya.

Saat masuk sekolah dasar pengetahuan siswa sebelumnya sanggup membantu atau menghalangi belajar. Siswa tiba ke sekolah dengan pengetahuan, keyakinan, dan sikap yang diperoleh dari contoh kehidupan lain dalam kehidupan sehari-hari/bermain di TK/PUD. Sebagai siswa mereka membawa pengetahuan tersebut untuk berguru di kelas yang dipola dengan banyak sekali jadwal kegiatan. James Patrick Chaplin ( Dictionary of Psychology 1985 ): Belajar dibatasi dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berguru yaitu perolehan perubahan tingkah laris yang relatif menetap sebagai jawaban latihan dan pengalaman. Rumusan kedua berguru ialah proses memperoleh respons-respons sebagai jawaban adanya latihan khusus. Hal itu menghipnotis bagaimana mereka dalam mendapatkan dan menginterpretasikan apa yang mereka pelajari. Jika pengetahuan siswa sebelumnya telah kuat dan akurat ketika diaktifkan pada ketika yang tepat, mereka menyediakan dasar yang kuat untuk membangun pengetahuan baru, namun ketika pengetahuan tersebut (inert) lamban, tidak cukup untuk melaksanakan tugas, keaktifan tidak tepat, atau tidak akurat, pengalaman tersbut justru mengganggu atau menghambat pembelajaran baru.

Bagaimana siswa mengatur imbas pengetahuan? Bagaimana mereka berguru dan menerapkan apa yang mereka ketahui? Siswa secara alami membuat koneksi antar banyak sekali pecahan pengetahuan. Ketika koneksi yang membentuk struktur pengetahuan yang akurat dan bermakna terorganisir, siswa lebih bisa mengambil dan menerapkan pengetahuan mereka secara efektif dan efisien. Sebaliknya, ketika pengetahuan terhubung dengan cara yang tidak akurat atau acak, siswa sanggup gagal untuk mengambil atau menerapkannya dengan tepat.

Motivasi berguru siswa menentukan, mengarahkan, dan memelihara apa yang mereka lakukan untuk belajar. Sebagai siswa masuk sekolah dan mereka memperoleh otonomi yang lebih besar atas apa, kapan, dan bagaimana mereka berguru dan terus belajar. Motivasi memainkan kiprah penting dalam membimbing arah, intensitas, ketekunan, dan kualitas sikap berguru di mana mereka terlibat. Ketika siswa menemukan nilai positif dalam tujuan pembelajaran atau dalam suatu kegiatan, mereka berharap untuk berhasil mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan dan mencicipi santunan dari lingkungan mereka, maka mereka cenderung merasa sangat termotivasi untuk berguru lebih baik lagi.

Untuk membuatkan penguasaan materi pelajaran, siswa harus memperoleh keterampilan komponen, praktek mengintegrasikan, dan mereka tahu kapan harus menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Siswa harus membuatkan diiri, tidak hanya keterampilan komponen dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang kompleks, namun mereka juga harus berlatih menggabungkan dan mengintegrasikan untuk mengem-bangkan kefasihan lebih besar dan (automatically) dengan sendirinya. Pengaruh dari pengalaman tersebut siswa harus berguru kapan dan bagaimana menerapkan keterampilan dan pengetahuan mereka belajar. Menangkap tanda-tanda jiwa tersebut seorang guru sebagai pembimbing belajarharus memahami bahwa hal ini menjadi sangat penting ketika membuatkan kesadaran dari unsur-unsur penguasaan mereka sehingga sanggup membantu para siswa bisa berguru lebih efektif.

Praktek yang sanggup kita arahkan pada pencapaian tujuan sanggup ditambah dengan umpan balik yang ditargetkan meningkatkan kualitas berguru siswa. Belajar dan kinerja terbaik siswa kita pupuk ketika mereka terlibat dalam praktek yang berfokus pada tujuan atau kriteria tertentu, menargetkan tingkat yang sempurna dari tantangan, dan kuantitas yang cukup dan frekuensi untuk memenuhi kriteria kinerja. Kegiatan praktek harus dibarengi dengan umpan balik yang secara eksplisit berkomunikasi ihwal beberapa aspek dari siswa. Kinerja relatif terhadap kriteria sasaran khusus menyediakan info untuk membantu kemajuan siswa dalam memenuhi kriteria tersebut, dan kalau diberikan pada waktu dan frekuensi yang memungkinkan maka akan menjadi sangat bermanfaat untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.

Peningkatan ketika siswa berinteraksi dengan iklim sosial, emosional, dan intelektual sangat menghipnotis proses dan hasil berguru mereka. Siswa selain makhluk intelektual mereka juga makhluk sosial dan emosional. Mereka masih membuatkan banyak sekali keterampilan intelektual, sosial, dan emosional, sementara kita tidak bisa mengendalikan proses perkembangan, melainkan hanya bisa membimbing, mengarahkan, dan melatih. Kita sanggup membentuk aspek intelektual, sosial, emosional, dan fisik iklim kelas dengan cara menyesuaikan dengan tahapan perkembangan mereka. Banyak penelitian telah memperlihatkan bahwa iklim yang dibuat/dipola/diprogram mempunyai implikasi bagi siswa yang belajar. Iklim negatif sanggup menghambat pembelajaran dan kinerja, tetapi iklim positif sanggup memperlihatkan energi positif berguru siswa. Tugas guru di sini yaitu membuat iklim yang bisa menghambat energi negatif dan meningkatkan energi positif.

Untuk menjadi pebelajar mandiri, siswa harus berguru untuk memantau dan menyesuaikan pendekatan mereka dalam belajar. Peserta didik sanggup terlibat pribadi dalam banyak sekali proses metakognitif untuk memonitor dan mengontrol. Mereka belajar-menilai kiprah di tangan, mengevaluasi kekuatan dan kelemahan mereka sendiri, merencanakan pendekatan mereka, menerapkan dan memantau banyak sekali strategi, dan merenungkan sejauh mana pendekatan mereka ketika ini sebagai upaya peningkatan kinerja. Mungkin hal ini di lingkungan sekolah kita siswa cenderung untuk tidak terlibat dalam proses ini secara alami sebab hal itu belu dilatih dan dibiasakan. Ketika siswa membuatkan keterampilan untuk terlibat proses ini, secara pribadi mereka mendapatkan kebiasaan intelektual yang tidak hanya meningkatkan kinerja mereka, tetapi juga efektivitas mereka sebagai penerima didik. Ingat bahwa bersama-sama kehidupan ini yaitu kebiasaan (life is habit).


DAFTAR RUJUKAN
•Hidi, S. & Renninger K.A. (2004). Interest, a motivational varmerekable that combines affective and cognitive functioning. In D. Y. Dai & R. J. Sternberg (Eds.), Motivation, emotion, and cognition: Integrative perspectives on intellectual functioning and development (pp. 89-115). Mahwah, NJ: Erlbaum
•Walton, G. M., & Cohen, G. L. (2007). A question of belonging: race, socmerekal fit, and achievement. Journal of Personality and Socmerekal Psychology, 92 (1), 82-96.
•Bahri Djamarah, Syaiful. dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

*) Ditulis oleh WIDODO SANTOSO, S.Pd.M.Pd. Kepala SDN 4 Mangkujayan Kabupaten Ponorogo, Jl. Jawa 45 Ponorogo