Pahlawan, Masihkah Ada?

7:17:00 PM
Momentum hari pendekar ini menjadi peneguh kepada kita semua untuk terus berbuat yang baik Pahlawan, Masihkah Ada?
Momentum hari pendekar ini menjadi peneguh kepada kita semua untuk terus berbuat yang baik terutama dalam membela kebenaran meskipun pahit.
Setiap tanggal 10 di bulan November, bangsa Indonesia memperingati hari pahlawan. Pertempuran di Surabaya pada tanggal yang sama di tahun 1945 itu menjadi penentu penetapannya oleh pemerintah. Arti pendekar berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ialah orang yang menonjol alasannya ialah keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Jika ditilik dari insiden sehingga ditetapkannya hari pendekar tersebut, maka pengertian yang cocok ialah bahwa pendekar ialah pejuang yang gagah berani. Lalu, kalau demikian masihkah ada pendekar dikala ini?

Hampir semua hari nasional yang diperingati, tetap memunyai objek pelaku dari hari tersebut. Hari guru misalnya, tentu diperingati dengan antusias oleh para guru. Hari ibu, oleh para ibu, hari santri yang gres saja ditetapkan oleh pemerintah tentu disambut besar hati oleh para santri. Bagaimana dengan hari pahlawan? Mungkin dikala ini masih ada para veteran yang mencicipi pribadi usaha bangsa ini melawan penjajah dahulu, tetapi bagaimana 10 tahun ke depan, dikala tidak ada lagi para veteran kemerdekaan tersebut.

Banyak yang berusaha menyetujui pengertian pendekar sebagai orang yang menonjol alasannya ialah keberanian dan pengorbanan membela kebenaran. Beberapa station TV pun menggelar perhelatan dalam mencari pahlawan-pahlawan yang berada di tengah-tengah masyarakat. Muncullah pendekar lingkungan, pendekar demokrasi, pendekar pembangunan, dan lain sebagainya. Ada pula profesi yang semenjak dulu digelari pendekar tanpa tanda jasa, yakni guru. Dulu, disaat guru masih memeroleh honor pas-pasan, kendaraan yang dipakainya hanya sepeda dengan jarak yang harus ditempuhnya cukup jauh, di sekolah menulis di papan tulis menggunakan kapur, tapi semangat tetap tinggi, dan menjadi pola siswanya dan masyarakat. Indikator tersebut yang penuh dengan penderitaan, tampaknya pas menerima julukan pendekar tanpa tanda jasa tadi. Tapi, bagaimana dengan sekarang? Disaat honor sudah tidak mengecewakan tinggi, kendaraan roda empat, spidol dan In Focus di kelas, tapi semangat sebagian dari guru rendah, dan sebagian tak lagi menjadi teladan. Apakah masih layak menerima predikat pendekar tanpa tanda jasa dengan indikator yang tak lagi ada penderitaan?

Sejatinya, pendekar harus selalu ada. Sejatinya semua kita harus menjadi pahlawan. Bukan pendekar hasil pilihan dan polling pemirsa TV, bukan pula pendekar hasil pencalonan seseorang, tetapi pendekar yang selalu rela berkorban demi kebenaran meski tanpa diketahui orang lain atau tanpa liputan media. Apapun dan siapapun kita, harus mengedepankan kebenaran, bahkan memperjuangkannya. Berat memang, namun itulah tantangan menjadi seorang pahlawan. Seperti halnya para pendekar kemerdekaan kita, tentu tak ada niat sedikitpun menginginkan gelar pendekar disematkan pada mereka. Niatnya cuma satu, merdeka atau mati. Bahkan, tentu jauh lebih banyak lagi pendekar tak dikenal yang rela mati demi kemerdekaan dibandingkan yang kita ketahui namanya dikala ini.

Baca juga: Guru Bekerja dalam Diam

Hari pendekar tetap harus diperingati bangsa ini, meskipun tak ada lagi para pejuang kemerdekaan kita yang hidup. Peringatan tak sekadar seremonial upacara belaka, tetapi harus menjadi cemeti buat kita yang masih unjuk kebolehan dalam kepongahan dan pencitraan. Jadilah pendekar pada setiap profesi yang kita geluti. Sebagai pemimpin harus menjadi teladan, membantu yang lemah dan tertindas, serta tidak angkuh. Guru harus sanggup digugu dan ditiru serta tetap istiqamah dan ikhlash dalam menjalankan tugas. Profesi yang lainnya tentu memunyai kriteria atau indikator sehingga dan menjadi berkinerja baik. Momentum hari pendekar ini tentu menjadi peneguh kepada kita semua untuk terus berbuat yang baik terutama dalam membela kebenaran meskipun pahit. Selamat Hari Pahlawan kepada semua pendekar yang dikenal maupun tidak, yang telah tiada maupun yang masih hidup, yang pendekar pejuang maupun pendekar kebenaran.

*) Ditulis oleh Muh. Syukur Salman. Guru SD 71 Parepare

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

No comments