Mengajarkan anak calistung sebelum waktunya sanggup merusak tatanan otak anak. |
"Mengajarkan anak calistung sebelum waktunya sanggup merusak tatanan otak anak, dalam artian anak dalam mengerjakan sesuatu tidak runtut atau selaras," kata Ahmad yang kutip dari Republika (28/11/15).
Anak yang berumur di bawah tujuh tahun atau sebelum masuk ke Sekolah Dasar (SD) seharusnya sanggup membentuk garis lurus, menggaris, membentuk gambar berdiri sederhana dan sebagainya. Sayangnya, pada masyarakat modern ketika ini, anak belum tentu sanggup menggambar garis lurus malah berguru menghitung.
"Anak memang sanggup berakal lantaran sanggup calistung semenjak dini, tapi perilakunya tidak runtut dalam menuntaskan suatu persoalan. Hal itu lantaran sirkuit di otaknya tidak 'by order'. Anak tidak mengerti urutan," kata Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tersebut.
Bagi anak yang sudah dikenalkan calistung semenjak dini, ada dua kemungkinan. Pertama, sanggup calistung lantaran mengerti caranya dan kedua, anak tersebut sanggup lantaran menghafalkan caranya. Salah kaprah pandangan orang bau tanah itu disebabkan oleh cara menilai prestasi anak dari dilihat dari akademik dan melupakan prestasi nonakademik.
Baca juga: Jangan Buru-buru Ajarkan Calistung Pada Anak
Akibat dari salah pemahaman tersebut, ketika ini di sejumlah kota besar di Tanah Air marak muncul kursus les membaca yang diperuntukkan bagi bawah umur yang masuk dalam kategori Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Menurut Ahmad, Calistung boleh dikenalkan pada anak usia PAUD, tetapi dilarang jadi penilaian prestasi.