Ada 3 hal yang memungkinkan seorang guru tak lagi dibutuhkan (ilustrasi). |
Sesuatu itu bisa alat, bahan, dan atau manusianya. Bagaimana dengan profesi guru? Banyak yang dengan lantang menyampaikan bahwa, meski ketika ini alat, sumber berguru dan gosip sudah semakin modern, namun fungsi guru tak mungkin tergantikan. Mustahil ada sesuatu yang sanggup berfungsi layaknya guru dalam proses pembelajaran, khususnya di kelas-kelas. Sarana dan prasarana bagaimanapun canggihnya di dalam kelas, guru akan selalu dibutuhkan. Selain untuk mengoperasikan atau menjalankan semua sarana dan prasarana yang ada, sejatinya yang juga penting ialah bagaimana menanamkan aksara dan kebijaksanaan pekerti kepada siswa.
Jika hal tersebut sebagai alasan sehingga guru dikatakan tak tergantikan, maka tepatlah hal tersebut. Namun, kalau kedua hal yang teramat penting tadi tidak bisa diemban oleh guru, maka profesi pendekar tanpa tanda jasa tersebut boleh jadi tak lagi dibutuhkan. Mungkin saja orangnya dan jabatannya masih ada sebagai guru, masih bangkit di depan kelas yang berisi siswa-siswa, namun hakikat guru yang diembanya sudah tercerabut di mata siswa-siswanya khususnya dan bangsa ini pada umumnya.
Ada 3 hal yang memungkinkan seorang guru tak lagi dibutuhkan, antara lain:
Tak bisa menyesuaikan diri dengan kondisi kekinian
Guru tidaklah sama dengan instruktur dalam hal kompetensi. Kebanyakan instruktur dari segi teorinya memang andal, namun praktik belum tentu. Contohnya, instruktur sepak bola. Dia tak akan bisa bersaing dengan yang dilatihnya dalam hal bermain sepak bola. Lain halnya dengan guru, beliau harus lebih dari siswanya, baik teori maupun praktiknya. Oleh alasannya ialah itu, guru harus selalu berbagi diri sehingga tidak tertinggal dengan siswanya. Bahkan, seyogianya guru harus lebih dan bisa memperkenalkan sesuatu yang gres pada kondisi kenantian. Ketidakmampuan guru untuk “memaksa diri” berguru dan terus berguru demi pengembangan dirinya, akan membuatnya tak lagi dibutuhkan.
Asyik dengan zona nyaman yang statis
Kenyamanan dengan keadaan kini tentu sesuatu yang wajar, asalkan arahnya lebih baik. Namun, kalau itu menciptakan seseorang menjadi statis atau bahkan semakin larut dengan kelemahannya, tentu keadaan itu harus disingkirkan. Guru dengan kondisi kesejahteraan yang semakin baik, tentu diperlukan berada pada zona nyaman semakin berbagi diri dan menjadi guru pembelajar. Tetapi kalau yang terjadi sebaliknya, dengan menganggap kesejahteraan yang semakin baik ialah puncak dari usahanya, sehingga membuatnya merasa telah tercapai tujuannya menjadi seorang guru, maka diapun mengungkung diri pada zona nyaman yang statis. Maka, hal tersebut sanggup saja membuatnya juga tak dibutuhkan lagi.
Menganggap fungsi dan keuntungannya telah maksimal
Mengagungkan diri sendiri alasannya ialah merasa telah berbuat maksimal, bisa menciptakan seseorang lupa bahwa tak ada yang tepat selain Dia. Menganggap diri selalu kurang dan terus berusaha menambah kekurangan tersebut ialah tindakan yang positif. Guru sebaiknya bersikap demikian. Selalu berusaha melaksanakan kreasi dan penemuan demi semoga siswa menerima yang terbaik darinya. Jika seorang guru merasa besar hati terhadap hasil yang diperolehnya menyerupai para siswanya yang berhasil, itu ialah sesuatu yang wajar. Namun, pujian yang menciptakan guru berhenti melaksanakan perbaikan dan pengembangan, ialah sesuatu yang mesti dihindari. Guru tidak sekadar berhasil sekali, kemudian sesudah itu cukup. Menganggap fungsinya sebagai guru serta manfaat yang diperoleh siswa, merupakan puncak usahanya, merupakan hal yang sangat terburu-buru. Hal menyerupai itu, nantinya sanggup menciptakan dirinya tak dibutuhkan lagi.
Baca juga: Guru Sebagai Insan Pembelajar
Oleh alasannya ialah itu, guru harus menghindari ketiga hal tersebut. Guru harus selalu berbagi diri sesuai kondisi kekinian dan kenantian, guru sejatinya terus berada pada zona nyaman sebagai guru pembelajar, dan senantiasa berusaha semoga menjadi lebih baik. Semoga semua guru tetap dan semakin dibutuhkan hingga kapanpun. Sekian.
*) Ditulis dan dikirim untuk oleh Muh. Syukur Salman. Guru SD 71 Parepare